Obituari Verdy Rahman Baso Sosok Sastrawan, Penyanyi, & Wartawan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Begitu Pak Siala tiba di kantor siang itu, perhatian utamanya adalah berita yang Verdy sempurnakan. Beliau serius membacanya sampai habis dua folio. Ia kemudian menoleh ke Verdy.
‘’Mana kawatnya?,’’ tanya Pak Siala.
Verdy bangkit dari kursi dan membawakan telegram Antara. Pak Siala membacanya berulang-ulang.

‘’Duduk,’’ kata Pak Siala.
Verdy duduk. Hatinya galau. Pasti ada yang tidak beres dengan berita yang sudah dia buat.

‘’Apakah saya membuat kesalahan’’ guman Verdy gelisah.
‘’Siapa yang bantu Verdy menyempurnakan kawat rusak ini?,’’ tanya dia dengan serius. Retinanya memandang tajam.
‘’Tidak ada, Pak. Kebetulan saya dengar siaran RRI tadi,’’ jawab Verdy dengan suara rendah.

Pak Siala menatap Verdy lagi. Lalu, bersandar di kursi putarnya. Tiba-tiba ia mengeluarkan kalimat yang membuat Verdy terpana.

‘’Verdy, mau jadi wartawan?’’
Verdy tak mampu segera menjawab. Batinnya mencoba menyaring makna pertanyaan itu. Apakah benar atau serius. Verdy seperti tidak percaya pada pendengarannya sendiri. Masa sih, orang yang hanya punya pengetahuan jurnalistik nol besar ditawari menjadi wartawan? Apakah Pak Siala tidak keliru dan tidak salah pilih?

‘’Apakah saya dianggap sok tahu, atau memang saya akan diarahkan jadi wartawan,’’ Verdy membatin.
Dia hanya mampu tersenyum kecut dan tak kuasa menatap wajah Pak Siala.
‘’Panggil Tandak,’’ kata Pak Siala memecah suasana sepi sambil menyodorkan dua bungkus rokok Escort lagi.

Tandak yang dimaksud adalah karyawan yang khusus mengantar naskah siap-muat untuk di-set di percetakan. Verdy memanggil dia untuk menghadap pimpinan.

Tiga bulan setelah bertugas menyempurnakan berita-berita Antara, Pak Siala memanggil Verdy lagi.

‘’Verdy, hari ini masa percobaanmu sudah habis. Kamu akan saya arahkan jadi wartawan. Panggil Dg Ngunjung,’’ katanya tegas.

Baca juga :  Polri Hadir di Tengah Masyarakat, Satbinmas Polres Pelabuhan Makassar Ingatkan Pentingnya Rasa Aman Dalam Kehidupan

Yang dimaksud dengan Dg Ngunjung adalah Pak Jubhar Bachtiar, wartawan senior Marhaen yang tiga bulan sebelumnya memanggil Verdy untuk menghadap Pimpinan Marhaen.

‘’Dg Ngunjung, mulai hari ini bawa Saudara Verdy mencari berita. Arahkan bagaimana caranya berkomunikasi dengan sumber berita. Bagaimana mencatatnya. Dan, bagaimana membuat beritanya,’’ titah Pak Siala.

Begitulah, mulai hari itu, Desember 1959, Verdy lupa tanggal pastinya, dia dibawa Yubhar Bachtiar naik Vespa. Keliling kota Makassar menjumpai sumber-sumber berita. Pak Jubhar Bachtiar belum memperkenankan Verdy membuat berita. Tetapi, diharuskan membaca suratkabar yang memuat berita yang dia buat.
Seminggu kemudian, Pak Siala memanggil Verdy lagi.

‘’Hari ini Saudara coba membuat berita hasil liputan bersama Pak Jubhar dan serahkan kepada saya,’’ pintanya.

Lantaran pertama kali membuat berita, Verdy agak ragu. Dia ingat kata-kata teman yang sebelum bergabung dengan Marhaen bahwa berita itu adalah kisah atau cerita sebuah peristiwa. Verdy merangkai kata-kata yang dicatatnya dalam wawancara dengan sumber berita dengan gayanya sendiri. Setelah selesai, dia serahkan kepada pimpinan.

‘’Ambil naskah berita Pak Jubhar di belakang,’’ perintah Pak Siala.
Setelah membaca berita yang dibuat Jubhar Bachtiar, Pak Siala menjabat tangan Verdy erat-erat.

‘’Kau resmi jadi wartawan hari ini,’’ ujarnya sambil menyodorkan berita yang dibuat Verdy untuk di-set di percetakan. Berita yang dibuat Jubhar Bachtiar ditarik.

Itulah lika-liku awal kisah perjalanan Verdy Rahman Baso menjadi wartawan. Dia menjadi wartawan Marhaen hingga tahun 1966, karena pindah ke Suratkabar Warta Nasional. Di koran ini pun, Verdy hanya bertahan dua tahun. Sebab, setelah itu dia pindah ke Harian Tegas. Ketika di harian ini, dia sempat dipercayakan meliput kejuaraan sepak bola internasional Pesta Sukan di Singapura pada tahun 1971.

Baca juga :  Polres Pelabuhan Makassar Terima Tim Supervisi Biro Logistik Polda Sulsel

Hanya enam tahun di Harian Tegas, tahun 1974 Verdy bergabung dengan harian Pedoman Rakyat. Selama di harian ini, Verdy dipercayakan menangani Desk Olahraga. Maka tak heran kalau dia sering terbang ke luar negeri. Misalnya, meliput Pesta Olahraga Negara-negara Asia Tenggara (SEA Games), mulai di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Singapura.
Ketika perebutan Piala Thomas dan Piala Uber dilaksanakan di Jakarta dan Kuala Lumpur, Verdy termasuk salah seorang yang diutus meliput. Pada tahun 1990, dia meliput Pesta Olahraga Asia (Asian Games) di Beijing, China.

Selain meliput kegiatan olahraga, Verdy secara terpisah bersama beberapa teman wartawan PR lainnya melakukan lawatan jurnalistik ke Singapura, Bangkok, Hong Kong, Taipei, dan Guangzhou (China).
Sedangkan lawatan jurnalistik di dalam negeri antara lain ke Kalimantan Timur atas kerja sama PWI-Deppen-Pemda Kaltim. Kegiatan olahraga nasional juga pernah diliputnya, seperti PON di Surabaya dan Jakarta, Pekan Olahraga Mahasiswa di Palembang.

Kalau urusan seminar dan lokakarya, juga sering dia ikuti. Misalnya, Penataran Nasional Wartawan Olahraga (SIWO PI) di Jakarta, Bandung, Malang, Bali atas kerja sama KONI-PWI. Lalu mengikuti seminar nasional yang diselenggarakan PWI/Deppen di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Sukabumi.

Dalam berorganisasi, Verdy pernah dipercaya sebagai Ketua Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) PWI Sulsel 19972-1978 dan menjabat Ketua Bidang Organisasi PWI Cabang Sulsel 1988-1992.

Di Pedoman Rakyat, selain menjabat Redaktur Olahraga beberapa lama, Verdy pernah memangku jabatan puncak di media tertua itu sebagai pemimpin redaksi. Sebelum PR tidak terbit lagi, bersama beberapa orang wartawan senior PR yang lainnya dipercaya sebagai redaktur senior.

Wartawan senior Sulsel ini selain wartawan, sebenarnya juga dikenal sebagai sastrawan. Dia pernah menulis sebuah novel sejarah yang sangat memukau pembacanya, berjudul ’’Datu Museng dan Maepa Deapati’’. Kisah cinta sehidup semati pasangan lintas etnis yang menandai hubungan Bugis-Makassar dengan Sumbawa.

Baca juga :  Pj Bupati Dr. H. Baba, Dukung USAID dan Muhammadiyah Perkuat Layanan Kesehatan Primer, di Enrekang

Dalam kapasitasnya sebagai penyanyi, Pak Verdy beberapa tahun silam kerap tayang di TVRI Sulsel membawa lagu-lagu daerah dengan grup musiknya. Iramanya keroncong, genre lagu yang tak pernah lekang oleh derasnya aliran lagu-lagu pop dan modern.

Mungkin gara-gara darah sastrawan mengalir di dalam dirinya, banyak pembaca terpesona dengan hasil liputan pertandingan sepak bola yang ditulisnya.

Pembaca seolah-olah ikut hadir di lapangan, menyaksikan pertandingan sepakbola dua kesebelasan melalui berita yang dtulis Pak Verdy. Deskripsi pertandingan betul-betul hidup dan seolah menghadirkan suasana pertandingan bola di lapangan ke rumah-rumah para pembacanya. Kemampuan menulis liputan pertandingan sepak bola secara deskriptif seperti itu, sudah tidak ditemukan lagi sekarang. Dan, salah seorang wartawan yang piawai mengemaskannya, telah tiada.
Selamat jalan senior, semoga mendapat tempat yang layak di alam sana. Amin. (*).

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Sultan Tajang Hadir Langsung ke Lokasi, Jembatan Benteng Lompo’e Siap Diperjuangkan ke Pusat

  PEDOMANRAKYAT, WAJO — Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Fraksi Gerindra, Sultan Tajang, S.H.I., melakukan kunjungan kerja ke...

Wakil Wali Kota Makassar Tekankan Pentingnya Komunikasi Digital dalam Pemerintahan

PEDOMAN RAKYAT - MAKASSAR. Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, menekankan pentingnya transformasi komunikasi pemerintah di era...

Sultan Tajang Kembali Serap Aspirasi Warga Sabbangparu, Bukti Nyata Kolaborasi Membangun Desa

PEDOMANRAKYAT, WAJO — Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dari Fraksi Gerindra, Sultan Tajang, S.H.I., menggelar kegiatan reses masa...

Kadis Dikbud Pinrang Apresiasi Kegiatan MKKS SMP

PEDOMANRAKYAT, PINRANG – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) tingkat SMP se Kabupaten Pinrang, menggelar rapat berkala sekaligus mensosialisasikan...