Bahwa menjaga bumi merupakan bagian dari spiritualitas dan wujud nilai-nilai buddhis yang menekankan keseimbangan antara alam dan manusia. Simbolik kuat kolaborasi spiritual dan pelestarian lingkungan.
Pembimas Buddha Sulsel mengatakan, penanaman pohon tersebut, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan.
“Kita ingin meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi generasi mendatang, serta menjaga ekosistem alam. Juga bagian dari Vesakha Sananda, di mana kebahagiaan sejati lahir dan harmoni antar manusia dan alam,” kata Pembimas.
Selain penanaman pohon Matoa, kegiatan lainnya berupa Karya Bakti ke TMP Panaikang, Makassar yang akan diadakan pada Minggu (04 Mei 2025). Karya Bakti akan diisi dengan doa, bersih-bersih makam, dan tabur bunga.
Kegiatan ini diadakan oleh Walubi secara serentak di seluruh TMP se-Indonesia pada waktu bersamaan. Dan telah dijadikan Karya Bakti nasional oleh Kementerian Agama RI. Sebagai bentuk penghormatan dan rasa bakti kepada para pahlawan.
Sementara itu, kegiatan lainnya diadakan oleh Vihara, Klenteng, dan Cetiya di bawah naungan Walubi Sulsel. Salah satunya adalah Vihara Girinaga yang menggelar berbagai kegiatan menyambut Waisak 2569 BE Tahun 2025.
Antara lain, sebulan Pendalaman Dhamma (12 April – 11 Mei), Donor Darah Kemanusiaan dan Fangshen (20 April), Bersih-Bersih Vihara (27 April), dan Peringatan Waisak (12 Mei).
Juga, kehadiran 22 Bhikkhu dari Sri Lanka dan India. Untuk mengisi kegiatan, Peringatan Waisak (12 Mei), Pindapata (12, 18, 25, 29 Mei), Vesakha Tripitaka Chanting (18-22 Mei), dan Pabbaja Samanera (23-29 Mei).
Henry Sumitomo berharap berbagai kegiatan yang diadakan dapat membuat Waisak 2569 BE menjadi lebih bermakna dan berkesan. Serta, memberikan dampak luas kepada masyarakat, alam sekitar, dan semua makhluk. (midhata)