Wasit Juga Bisa Khilaf

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Suatu ketika kesebelasan Pasuruan bertandang ke Maros. Salah seorang pemainnya adalah Risdianto yang juga pernah memperkuat kesebelasan nasional. Waktu itu pertandingan antarwilayah, Pasuruan akan melawan Persim Maros.

‘’Ku balukangngi jambatannga puna nu beta (Saya jual itu jembatan kalau timku (Persim) kalah,’’ kata orang-orang Maros.

Kebetulan yang memimpin pertandingan ketika itu adalah Van Loy, seorang wasit berkebangsaan Belanda. Kalau tidak salah pertandingan tersebut berlangsung antara tahun 1966 atau1967.

Maros kalah akibat serangan balik Pasuruan. Tiba-tiba ada seorang pemain Pasuruan melaju sendiri. Itu dianggap offside (oleh penonton), padahal memang belum karena masih di daerah lapangannya. Persim kebobolan 0-1.

Eeee.. gawat.. Itu jembatan Maros (yang lama) ditutup oleh rakyat. Orang tidak bisa pulang. Tim Pasuruan terkurung di sebelah jembatan. Nanti pukul 22.00 baru dilepas, setelah panser dari Makassar segera campur tangan. Itu gara-gara Van Loy.

Menurut Ahmad Karim, belum ditemukan suatu cara untuk melaksanakan suatu pertandingan tanpa kehadiran dan peran seorang wasit di lapangan hijau. Namun kehadiran dan peran itu bukan hanya sekadar ada, melainkan diperlukan syarat-syarat atau ukuran-ukuran tertentu dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sebagai wasit. Bahkan lebih spesifik lagi, ukuran-ukuran itu melekat pada seseorang sebagai corak kepribadian.

Ragu-ragu, tidak tegas, kurang percaya diri, kurang tegar, bahkan penakut, merupakan sifat-sifat yang menjadi titik lemah bagi seorang wasit. Bagi seorang wasit, betapa pun mahirnya pemahaman atas aturan-aturan permainan, kalau sifat-sifat itu ada pada dirinya, akan sangat sulit bagi dia melakukan tugas memimpin pertandingan.

Godaan yang dihadapi wasit selalu saja ada. Baik langsung atau pun tidak langsung. Sering juga dalam bentuk candaan dan main-main. Ahmad Karim masih ingat ketika berhadapan dengan Wali Kota Makassar yang sangat fenomenal, H.M. Dg. Patompo. Suatu saat bertemu, dia berkata.

Baca juga :  Enam Calon Aparat Desa Pattengko Jalani Tes Wawancara Oleh Forkopimcam

‘’Pak Karim, sudah banyak wasit saya lihat, namun belum ada saya (maksudnya, wasit lain setegas saya memimpin, maksudnya) punya. Tetapi kalau Bapak memimpin, begini,’’ kata Patompo sambil memperlihatkan jempolnya.

‘’Cuma ada kelemahannya,’’ kata Patompo itu.

‘’Apa itu?,’’ potong Ahmad Karim bertanya balik.

“Kalau kesebelasan kita, ambil-ambilkan tooooo… mi….!!,’’ balas Patompo.

‘’Tidak bisa ka.. tidak bisa ka…,’’ jawab Ahmad Karim.

‘’Itu seperti waktu PSM melawan Jayapura. Itu Jayapura orang lain. Jangan mako Jayapura,’’ sergah Patompo.

Seperti yang Ahmad Karim rasakan secara pribadi selama melakoni tugas sebagai wasit aman adalah ketika memimpin pertandingan dan meniup pluit panjang tanda pertandingan usai 2 x 45 menit atau ada perpanjangan dan tidak ada kemelut apa pun. (*)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Sore Bercerita #2: Pengajian Semiotika DKV Bersama Dr. Sumbo Tinarbuko

PEDOMANRAKYAT, BULUKUMBA - Ruang diskusi di Rumah Buku SaESA sore itu berubah menjadi kelas terbuka di Google Meet....

PDAM Akhirnya Buka Isolir Air Bersih di TMP Panaikang

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Setelah viral berita tentang Taman Makam Pahlawan (TMP) Panaikang Makassar kotor tanpa adanya petugas penyapu...

Medan Pers Club Akan Kembali Eksis Menggelar Kegiatan Bakti Sosial di Tengah Masyarakat

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - Medan Pers Club (MPC) yang berdiri 16 Agustus 1998 dan pernah melegenda, kini akan kembali...

PWI Pusat Gelar Orientasi Jelang Pengukuhan Pengurus 2025–2030

PEDOMANRAKYAT, SOLO - Menjelang pengukuhan, Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat masa bakti 2025–2030 menggelar orientasi kepengurusan di...