Birokrat yang punya pengalaman lapangan sebagai aktivis itu, mengakui peran penting pengelola Taman Belajar Masyarakat (TBM) sebagai bagian dari jejaring DPK. Dikatakan, partisipasi para pegiat literasi akan ikut mendongkrak budaya kegemaran membaca hingga ke pelosok desa.
Hanya saja, dia mengajak agar para pegiat literasi itu rajin mendokumentasikan proses kegiatan dan pembelajaran yang mereka lakukan. Bila perlu dibukukan supaya jadi inspirasi bagi yang lain.
“Itulah kenapa perlu ada pameran literasi seperti ini. Karena dengan begitu, semua produk yang dipamerkan terdokumehrasi. Bahkan semua naskah-naskah yang dipamerkan punya nilai historis dan dinarasikan secara baik,” terangnya.
Bincang-Bincang Literasi ini dihadiri para penggiat literasi, pustakawan, penulis, pengelola taman baca, pendidik, pelajar, dan mahasiswa.
Mustamin Raga menaruh harapan akan meningkatnya kegemaran membaca. Paling tidak, merujuk pada tren pengunjung di Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa. Rata-rata, ungkapnya, dalam sehari pengunjung bisa mencapai 300-350 orang.
Data ini, menurutnya, yang membuat Kabupaten Gowa, pada tahun 2024, mendapat penghargaan sebagai kabupaten dengan tingkat kegemaran membaca kedua se-Sulawesi Selatan, setelah Maros.
Perpustakaan Perlu Nyaman
Dia kemudian menyampaikan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang dilakukan DPK Kabupaten Gowa. Katanya, perpustakaan kini bukan cuma tempat untuk membaca buku tapi juga fungsi rekreasional dan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya.
“Perpustakaan itu perlu dibuat nyaman sehingga orang-orang senang berkunjung, seperti Perpustakaan Gowa ini,” katanya dengan suara mantap.
Muhammad Rhida, mengakui Perpustakaan Umum Kabupaten Gowa secara tampilan fisik, terlihat estetik dan instagramable. Pujian juga datang dari Muhammad Galang Pratama, yang menilai positif kegiatan Festival Literasi yang menggandeng TBM se-Kabupaten Gowa. ( ab )