Menurutnya, pemeliharaan peralatan kontrol tidak semata-mata berkaitan dengan perbaikan teknis, namun telah menjadi isu strategis dalam tata kelola aset pembangkit dan efisiensi energi nasional.
“Transformasi digital dalam sistem monitoring pembangkit harus diikuti oleh perubahan paradigma pemeliharaan. Dari corrective maintenance menuju predictive dan condition-based maintenance, sehingga efisiensi anggaran tidak bersifat temporer, tetapi berkelanjutan,” ungkap Dr. Bahrun.
Selanjutnya Manager HAR Eksisting PT Bosowa Energi – PLTU Jeneponto, Tri Hendro Wahyono mengemukakan, melalui penerapan sistem kontrol berbasis data real-time, PT Bosowa Energi berhasil memetakan potensi gangguan pada peralatan vital sebelum terjadi eskalasi kerusakan yang bersifat kritikal. Hasilnya, tidak hanya menurunkan cost of downtime, namun juga mendukung kestabilan pasokan listrik secara regional.
Tri Hendro mengungkapkan lagi, strategi pemeliharaan ini juga merupakan hasil kolaborasi lintas departemen berbasis analitik teknis dan data performa historis.
“Rencana kerja pemeliharaan kini disusun dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, memanfaatkan teknologi sensor dan AI sederhana yang mampu membaca kondisi aktual peralatan,” jelasnya.
Upaya ini dinilai sangat relevan dengan agenda nasional dalam mewujudkan ketahanan energi dan efisiensi fiskal di sektor ketenagalistrikan.
“Sebagai entitas swasta strategis dalam industri energi, PT Bosowa Energi menempatkan dirinya pada posisi adaptif terhadap transformasi industri 4.0, dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan, keselamatan operasi, dan efisiensi ekonomi,” tandasnya.
Usai pertemuan kolaborasi strategis itu, Spv Rendal Operasi Eksisting & Ekspansi PT Bosowa Energi – PLTU Jeneponto, Ansar Lily dan stafnya membawa tim dari PT Jasa Rekayasa Mandiri meninjau peralatan sistem kontrol PLTU Jeneponto, dan diakhiri sesi foto bersama. (jw)