“Mahasiswa harus tetap tenang. Jangan terprovokasi informasi yang belum jelas kebenarannya,” ujar Wakil Bupati Luwu Timur, Hj. Puspa.
Senada dengan itu, Penjabat Wali Kota Palopo Firmanza DP mengimbau agar seluruh mahasiswa tetap mengedepankan rasionalitas dan semangat akademik.
“Kami berharap semua pihak mengedepankan akal sehat dan menjaga harmoni. Jangan biarkan kampus menjadi arena pertarungan identitas,” katanya.
Jejak Konflik Bernuansa Identitas
Sumber api dari konflik ini diduga bermula dari perselisihan internal antara IPMIL RAYA dan PMTS di lingkungan Universitas Muslim Indonesia.
Ketegangan itu kemudian meluas, menimbulkan aksi saling balas, penyisiran, hingga kekerasan fisik yang dilaporkan terjadi di beberapa titik.
Yang lebih mengkhawatirkan, konflik itu kemudian diseret menjadi pertikaian antardaerah, mengoyak semangat persaudaraan yang selama ini tumbuh di kalangan mahasiswa Sulawesi Selatan.
Pemerintah kota Makassar dan aparat kepolisian kini berupaya keras meredam eskalasi konflik. Kapolrestabes Makassar, Kombes Arya Perdana, memastikan, aparat telah meningkatkan pengamanan di sejumlah titik strategis dan kawasan kampus.
“Kami akan menindak tegas segala bentuk provokasi dan kekerasan. Mahasiswa harus merasa aman belajar di kota ini,” kata Arya.
Malam itu, di balik tembok rumah jabatan, para pemimpin daerah sepakat untuk memulihkan keadaan dengan pendekatan dialog dan edukasi.
Mereka sepakat untuk membentuk tim koordinasi lintas daerah dan perguruan tinggi guna memediasi mahasiswa yang terlibat dan mencegah konflik serupa terulang.
Makassar adalah rumah bersama, bukan arena saling curiga. Di tengah suhu politik dan sosial yang mudah terbakar, pertemuan para kepala daerah malam itu menjadi secercah harapan, akal sehat dan persatuan masih mungkin dijaga, asal semua pihak mau duduk bersama, mendengar, dan bertindak bijak. (Nuryadin)