Misi yang diusung KSL sejalan dengan semangat kemerdekaan, melindungi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam, menjaga keseimbangan ekosistem, serta memastikan keberlanjutan hidup untuk generasi mendatang. Sebab, tanpa lingkungan yang sehat, mustahil manusia bisa merdeka sepenuhnya dari ancaman bencana dan krisis ekologi.
Ketua Yayasan KSL, Boyatno (akrab disapa Boboy), menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen penuh mendukung terwujudnya IKN sebagai forest city pertama di dunia. “Kami ingin IKN menjadi bukti bahwa pembangunan kota modern bisa berjalan seiring dengan pelestarian alam. Ini bukan hanya proyek penghijauan, tetapi sebuah warisan hidup untuk anak cucu bangsa,” ungkapnya penuh semangat.
Lebih jauh, KSL juga membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat. Yayasan ini menawarkan program pelatihan pengenalan satwa serta siap membantu dalam menghadapi konflik manusia dengan satwa liar, seperti buaya yang memasuki pemukiman. Langkah ini mempertegas peran KSL sebagai mitra masyarakat dalam menciptakan harmoni antara manusia dan alam.
Peluncuran Yayasan KSL di momen kemerdekaan mengingatkan bahwa perjuangan bangsa tidak berhenti pada merebut kedaulatan politik, tetapi juga meliputi kemerdekaan ekologis. Menjaga hutan, melestarikan satwa, dan menanam pohon adalah bentuk perjuangan baru yang dampaknya akan dirasakan hingga puluhan bahkan ratusan tahun ke depan.
Dengan semangat itu, KSL mengajak seluruh elemen bangsa untuk bergandengan tangan. Sebab, perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil. Satu pohon yang ditanam hari ini, satu satwa yang diselamatkan, akan menjadi bagian dari legasi hijau Nusantara menuju masa depan yang berkelanjutan. (*Rz)