“Guru besar tidak boleh berhenti hanya di kelas atau seminar. Mereka harus melakukan riset dengan dukungan anggaran. Dari situlah lahir inovasi yang membawa dampak,” tandasnya.
Selain itu, Prof Budu juga menilai efisiensi prodi perlu didorong, termasuk kemungkinan merger atau pendirian prodi baru sesuai tuntutan zaman.
Empat prodi baru yang telah lahir di bawah kepemimpinannya di Sekolah Pascasarjana Unhas, yaitu Biomedical Engineering, Kriminologi, Manajemen Epidemika, dan Pertahanan Nasional, menjadi bukti konsistensi dalam membuka ruang akademik baru yang relevan.
Dengan visi sosio-entrepreneurship, Prof Budu ingin menjadikan Unhas tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga relevan dengan kebutuhan bangsa serta mampu berkontribusi pada pembangunan sosial, ekonomi, dan peradaban dunia.
“Banyak pihak bersama saya menginginkan bergerak menuju perubahan eksponensial. Kampus ini harus berdampak lebih luas, baik bagi civitas akademika maupun masyarakat,” pungkasnya.
Ketua Panitia Pemilihan Rektor (PPR) Unhas, Prof. Dr. drg. Hasanuddin Tahir, mengonfirmasi kelengkapan berkas pendaftaran Prof. Budu.
“Pemeriksaan 13 kelengkapan berkas sudah dilakukan, dan setelah divalidasi semuanya dinyatakan lengkap,” kata Hasanuddin di Sekretariat Panitia Pemilihan Rektor (PPR) Unhas, lantai 4 Gedung Rektorat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Saat mendftar Prof Budu ditemani sejumlah Guru Besar, mantan Dekan dan dosen. Mereka adalah Prof. Yusran Jusuf (mantan Dekan Fakultas Kehutanan Unhas), mantan Dekan FISIP Unhas Prof. Dr. Armin Arsyad, Prof. Akbar, Prof. Harun, Rahmat Muhammad, Prof AB Takko, Rahmat Nur.
Tampak juga Prof. Wahyu Piarah mantan Dekan Fakultas Teknik, Prof. Lella Rahim, mantan Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Baharuddin mantan Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Sakti (ahli transportasi), Prof. Gemini mantan Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Syafruddin (Guru Besar Elektro), Prof. Saparuddin (Guru Besar Fakultas Teknik) serta beberapa dosen Pascasarjana. (*)