Menjawab pertanyaan mengapa BAZNAS meraih BAZNAS Award kategori pengentasan kemiskinan, da’i kondang asal Takalar itu mengatakan, dalam mengelola dana ummat, lembaganya tidak sekadar bersandar pada niat baik semata, melainkan memahami akar masalah dengan data yang presesi, yang tepat sasaran, sekaligus mengukur dampaknya secara obyektiff.
Artinya, disetiap program, BAZNAS Makassar tidak lagi meraba dalam gelap. Melainkan membangun sistem identifikasi mustahik yang sangat rinci, menggunakan indikator multidimensi kemiskinan BPS. Setiap data mustahik, mulai dari tingkat pendapatan, kepemilikan aset, akses pendidikan, kesehatan, sanitasi, hingga partisipasi ekonomi, diolah dengan cermat oleh tim asesmen.
“Hasil dari asesmen tim BAZNAS Makassar dengan mengedepankan profil kemiskinan yang akurat itulah, baru bantuan dan pemberdayaan didesain secara tailor-made—dibuat khusus, atau disesuikan berdasarkan kebutuhan spesifik. Artinya, bukan sekadar pukul rata,” jelasnya.
Sebelum mengakhiri pernyataannya, ATM melihat, prestasi yang diraih BAZNAS Makassar ini menjadi penanda sejarah. Sebuah narasi baru tentang bagaimana ZIS dapat dikelola secara ilmiah dan transformatif.
“Di tengah berbagai tantangan pengentasan kemiskinan yang kompleks, BAZNAS Kota Makassar telah berhasil membuktikan bahwa, pendekatan yang terukur, transparan, dan berbasis data adalah kunci dari sebuah keberhasilan. Zakat itu MULIA, MULIA Muzakinya, MULIA Mustahiknya,” tutup ATM. (din pattisahusiwa/tim media banzas makassar)