Dia juga mengajak Wartawan terus mengedukasi masyarakat turunkan angka balita stunting yang nantinya sebagai generasi pelanjut.
“Orang Sulsel terkenal SDMnya. Jumlah Gubernur dan Menteri asal Sulsel cukup banyak di Indonesia. Tapi Ironis bila melihat angka stunting yang menonjol”, jelasnya. Sambil menyarankan, wartawan agar sering turun ke desa tertinggal yang belum tersentuh infrastruktur.
Menurutnya, mungkin masih ada beberapa desa yang belum punya aliran listrik PLN. Dia memberi contoh salahsatu desa yang dilihat langsung, dekat ‘Highland’ kota Malino.
“Saya miris lihat ada anak jalan kaki sekitar satu kilometer sambil membopong adiknya dua orang untuk belanja dengan uang di tangan seribu rupiah”, tutur Pangdam yang mengaku sempat meneteskan airmata.
Menurut Pangdam yang sering turun ke desa, banyak tantangan yang harus di kawal bersama wartawan agar program Pemerintah pusat betul betul bisa menyentuh sasaran. Termasuk harga standar gabah petani.
Dalam dialog, saya menambahkan pengalaman, mengapa masih ada desa tertinggal, karena mungkin ‘Stakeholder’ tak begitu dilibatkan dalam setiap kegiatan ‘musyawarah’ desa. Padahal ada Badan Pertimbangan Desa (BPD) yang dipilih penduduk sebagai mitra Kepala Desa yang fungsinya menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai Pengawas pembangunan di Desa. Beda di kota, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sangat aktif.
“Inshaa Allah, kami akan masuk desa lagi bersama Babinsa, Jenderal”, tambah saya berkisah ketika memimpin Wartawan Masuk Desa di Kabupaten Pinrang jamannya Menpen Harmoko.
Ajakan ini disambut langsung Ketua PWI Sulsel untuk ditindakkanjuti.
“Siaap, kami akan laksanakan Jenderal, ” kunci Ketua PWI ketika pamit.
Pangdam yang cukup ramah ternyata masih banyak berkisah di teras lantai atas ruang tamu Makodam ketika mengantar rombongan kami.
Terimakasih sambutan hangatnya. Semoga sehat dan sukses selalu, Jenderal. (AP)