Giliran Svargabumi di Magelang Diserbu 200-an Alumni SMANSA 82 Makassar

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Ide pembangunan Svargabumi muncul dari potensi besar Borobudur yang belum sepenuhnya digali. Selama ini, wisatawan cenderung hanya berfokus pada Candi Borobudur. Maka, dikembangkanlah wisata alternatif ini untuk memberikan pengalaman yang berbeda.

Sebelum dibangun, pihak pengelola melakukan riset mendalam selama setahun. Mereka menemukan hamparan sawah tadah hujan yang kurang produktif di Desa Ngaran dan Gopalan. Lokasi yang strategis, di pinggir jalan utama, serta pemandangan yang indah menjadikannya pilihan sempurna.

Nama ‘Svargabumi’ pun dipilih karena tempat ini memang terasa seperti surga, sebuah keindahan alami ciptaan Tuhan. Tempat ini menjadi bukti bahwa Borobudur adalah mutiara terpendam yang layak untuk dieksplorasi lebih dalam.

Pembangunan Svargabumi bukanlah tanpa tantangan. Salah satu yang terbesar adalah meyakinkan masyarakat setempat. Pengelola harus melakukan pendekatan ‘kulonuwun’ kepada pemilik lahan, petani, perangkat desa, dan tokoh masyarakat.

Mereka harus menjelaskan bahwa proyek ini tidak hanya untuk wisata, tetapi juga untuk melestarikan alam dan memberdayakan warga. Pendekatan ini berhasil, dan semua pihak sepakat karena pemilik lahan tetap bisa memanen hasil, petani tetap bekerja, bahkan lahan mereka disewa. Dengan demikian, semua pihak diuntungkan.

Tantangan lainnya adalah soal pengairan. Karena merupakan sawah tadah hujan, ketersediaan air harus selalu dijaga. Pengelola mengatur pola tanam secara bergantian dan berkesinambungan. Ketika satu petak sawah dipanen, petak lain ditanami, sehingga sawah selalu hijau dan terjaga keindahannya.

Di area seluas 4 hektare (3 hektare sawah dan 1 hektare parkir), pengelola membangun sekitar 22 spot foto modern yang unik. Wisatawan bisa berkeliling tanpa menginjak sawah, karena sudah disediakan jalan kayu. Selain berswafoto, pengunjung juga dapat menyaksikan langsung aktivitas petani yang sedang menggarap sawah. Pengalaman ini memberikan nilai edukasi tentang kerja keras petani yang saat ini semakin jarang terlihat.

Baca juga :  Perempuan YY Resmi Polisikan Debt Collector, IWO Sulsel Desak Kapolrestabes Makassar Bertindak Tegas

Pihak pengelola juga berkomitmen memberdayakan masyarakat. Sekitar 60-70% tenaga kerja berasal dari Borobudur, dan sisanya dari wilayah sekitar. Selain itu, warga juga difasilitasi dengan kios gratis untuk berjualan. Pemuda desa bahkan diberi kesempatan mengelola toilet dengan standar yang telah ditentukan. Semua pendapatan dari pengelolaan toilet sepenuhnya untuk mereka. Ini menunjukkan niat tulus pengelola untuk memberikan dampak positif yang nyata bagi warga setempat. (jw)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Mantan Bupati Halut Hein Namotemo Wafat, Warga Halut Berduka

PEDOMANRAKYAT, HALMAHERA UTARA - Kabar mengejutkan menyentak warga Halmahera Utara (Halut) ketika mendengar mantan Bupati Halut, Hein Namotemo...

Pelindo Regional 4 Makassar dan Pemkot Gelar Aksi Jumat Bersih di Kanal Perumnas Hertasning

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Kolaborasi antara Pelindo Regional 4 Makassar dan Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar kembali diwujudkan melalui aksi...

Pesta Tuak Berujung Tragedi, Sahabat Sendiri Ditebas di Baebunta

PEDOMANRAKYAT, LUWU UTARA – Suasana malam yang awalnya penuh canda di Dusun Rantepaccu, Desa Baebunta, mendadak berubah menjadi...

Tiga Aparat Desa di Sidang Kasus Dana Desa Lampuara Korupsi: Jaksa Beberkan Dugaan Penyimpangan Berlapis

PEDOMANRAKYAT, LUWU UTARA – Persidangan kasus dugaan korupsi dana desa di Lampuara, Kecamatan Ponrang Selatan, kembali menjadi sorotan...