“Kalau mobil itu Rp2.000, kalau penumpang tujuan Jeneponto Rp5.000 per orang, Bantaeng Rp10.000. Tapi lihat sendiri kondisinya, jalan rusak, tempat tunggu penumpang juga tidak layak,” keluhnya.
Di sepanjang Jalan Sultan Alauddin, banyak terlihat mobil berpelat pribadi menunggu penumpang. Fenomena ini semakin memperburuk kondisi terminal karena angkutan resmi tidak lagi menjadikan Terminal Malengkeri sebagai titik naik-turun utama.
Kondisi tersebut bukan hanya merugikan sopir dan penumpang, tetapi juga membuat Pemkot Makassar kehilangan potensi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor retribusi. Sejumlah pihak menilai, ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola Terminal Malengkeri akan berimbas pada semakin semrawutnya tata kelola transportasi di kota ini.
Hingga kini, belum ada langkah nyata dari Pemerintah Kota Makassar untuk melakukan revitalisasi Terminal Malengkeri agar kembali berfungsi sebagaimana mestinya. ( ab )