Selain puisi Zawawi Imran, juga pada halaman Romawi terdapat karya Evu Hudriyah berjudul “Seuntai Doa” dan kalam “Terima kasih, Pak ecip” oleh Hayati Nufus, S.Sos, M.Si., mantan Asisten Ahli Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2007-2008 dan Area Manager Bank BRI Syariah Kantor Pusat 2008-2019.
Maysir Yulanwar yang ditugasi sebagai perancang sampul dan tata letak isi menitipkan “kekalahan kita di depan hujan, sering karena diserang kenangan. Kemenangan kita di depan ujian, sering karena diserang harapan”.
Buku ini merupakan persembahan sahabat, murid, dan kolega bagi jurnalis senior ini dalam usianya 83 tahun Prof. Firdaus Muhammad, membagi dua bagian isi buku ini. Pertama, memuat autobiografi singkat, ditulis Pak ecip. Bagian kedua berisi 40 tulisan dari murid, sahabat, dan kolega.
“Proses penyusunan buku ini memakan waktu hampir dua tahun, sejak 2024 hingga 2025.
Banyaknya naskah yang masuk membuat proses seleksi dan penyuntingan berlangsung panjang. Bahkan peluncuran sempat tertunda,” ujar Prof. Firdaus Muhammad yang kemudian mengajak yang hadir membacakan surah Al Fatihah untuk almarhum dua penulis Dr. Abdul Halik dan Dr. Aswar Hasan yang telah berpulang.
Peluncuran di Harian “Fajar” sebut Prof Firdaus, sebagai pilihan tepat karena di media ini menyita ruang waktu yang panjang dalam perjalanan hidup Pak ecip. Pak ecip telah terlibat di harian ini sejak awal, di Jl.Achmad Yani, Racing Center, hingga Graha Pena. Dari tiga tempat itulah banyak wartawan lahir dari tangan dingin Pak ecip.
Pak ecip tidak dapat menyembunyikan rasa haru atas peluncuran di saat usianya kian senja. Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terlupakan oleh Pak ecip. Namun kenangan itu muncul kembali melalui tulisan para sahabat, teman, dan murid-murid yang menulis di dalam buku ini.
Satu hal, kata Pak ecip dalam acara peluncuran buku itu, sebelum Muh. Akbar meraih jabatan akademik tertinggi, Profesor, puluhan tahun silam pada barang yang lupa dibawa oleh Akbar, Pak ecip sudah menulis Prof. Dr. Itu pun diakui Muh. Akbar usai acara peluncuran buku.
Usai acara peluncuran, salah seorang junior Pak ecip, M. Dahlan Abubakar menyerahkan empat buku karyanya, yakni “A. Amiruddin, Nakhoda dari Timur: (edisi revisi), “Lorong Waktu (autobiografi), “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah” (ditulis bersama Andi Widya Syadzwina), dan “Apa dan Siapa Kru ‘identitas’ (ditulis bersama Nur Ainun Afiah) diserahkan bersama dengan Dr.Ahmad Bahar, ST, M.Si. (Ketua Penyunting ‘identitas’ Unhas/Kabid Promosi Unhas) yang hadir redaktur pelaksana ‘identitas’ Muhammad Nur Ilham.
Pak ecip yang menamatkan Pendidikan Sarjana di FISIP UI, meraih doktor bidang Ilmu Komunikasi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan di tahun 1991. Hingga kini telah menelurkan 16 buku karya jurnalistik dan ilmiah, sert a 10 buku karya sastra. Pak ecip mengawali karier jurnalistik pada banyak harian terkemuka di negeri ini. Dikenal juga sebagai wartawan Harian Kami, Pak ecip melanglang buana dan singgah pada banyak media massa, di antaranya Majalah Tempo, Majalah Panji, dan harian Republika.
Berdasarkan catatan www,kpi.go.id. Paak ecip pernah menjabat wakil ketua KPI Pusat periode pertama. Selain mengajar di Unhas, juga di Universitas Indonesia dan menulis pada banyak halaman opini. Pengalaman-pengalaman itu menempatkan ecip sebagai koordinator bidang Kelembagaan KPI Pusat periode 2007-2010. (mda).