Direktur Pesantren, Basnang Said, menambahkan kemandirian ekonomi juga menjadi sorotan.
Expo Pesantren dan Pesantren Award 2025 disebutnya sebagai panggung pembuktian, pesantren kini menjadi subjek pembangunan.
“Santri siap menjadi pelaku usaha kreatif yang berdaya saing,” kata Basnang.
Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, menyebut pesantren akan semakin strategis di masa depan.
Menurutnya, Indonesia kini memiliki lebih dari 42 ribu pesantren yang bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga pusat peradaban dan destinasi wisata religi.
“Hari Santri momentum memperkuat jejaring pesantren, nasional maupun global,” katanya.
Puncak acara, tutur Ismail, akan digelar pada 25 Oktober 2025 lewat Malam Bakti Santri untuk Negeri di TMII Jakarta.
“Presiden dijadwalkan hadir sekaligus memberikan dukungan keekonomian bagi pesantren sebagai kado sepuluh tahun Hari Santri,” bebernya
Kementerian Agama merangkum peringatan tahun ini dalam Astahasa delapan agenda besar Hari Santri 2025. Diantaranya ;
1. Ithlaq Hari Santri – 22 September, Tebuireng Jombang.
2. Halaqah Astalokha – 22 September–20 Oktober di delapan titik strategis nasional.
3. Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional – 1–7 Oktober, Pesantren As’adiyah Sengkang, Sulawesi Selatan.
4. Gerakan Ekoteologi Satu Santri Satu Pohon – 2 Oktober di 100 titik, 34 provinsi.
5. Expo Kemandirian Pesantren – 2–7 Oktober di Sengkang Wajo dan PTKIN seluruh Indonesia.
6. Pesantren Award 2025 – 20 Oktober di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag.
7. Doa Santri untuk Negeri – 21 Oktober di Masjid Istiqlal dan daring serentak.
8. Malam Bakti Santri untuk Negeri bersama Presiden RI – 25 Oktober di TMII Jakarta.
“Santri selalu punya tempat dalam sejarah bangsa,” kata Amin Suyitno.
“Kini, peran itu terus berkembang seperti, menjaga iman, menjawab tantangan kesehatan dan lingkungan, hingga menguatkan kemandirian ekonomi,” Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, menandaskan. (Hdr)