Zadrak juga memberi apresiasi terhadap PGRI yang telah memberi kontribusi nyata bagi pembangunan pendidikan. Ia bahkan menyinggung masalah dapodik yang masih terbengkalai, sebagai tantangan yang harus segera ditangani bersama.
“Maka dari itu harus dilakukan kolaborasi. Harus berbenah dan bersatu. Saya berharap PGRI dapat diandalkan bukan hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua PGRI Tana Toraja, Andarias Lebang, menegaskan bahwa PGRI hadir sebagai garda terdepan dalam menyelesaikan persoalan pendidikan. “Yang hadir hari ini adalah para pemikir bangsa di ruang-ruang kelas. PGRI tidak hadir untuk satu golongan, tapi untuk semua,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kebersamaan di antara guru. “Jika ada anggota PGRI yang terzalimi, maka kita semua hadir untuk membela. Kita tidak boleh jadi penonton, melainkan arsitek untuk mencerdaskan anak bangsa,” tegasnya.
Dalam laporannya, Andarias menyampaikan bahwa PGRI Tana Toraja kini telah terbentuk di 23 cabang dengan total 2.900 anggota. Ia berharap keberadaan organisasi ini semakin memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah dan berbagai instansi lainnya.
Senada, Wakil Ketua PGRI Sulawesi Selatan, Dr. H. Basri, S.Pd., M.Pd, menekankan bahwa konferensi kerja adalah agenda penting tahunan. Tujuannya, mengevaluasi program yang lalu sekaligus menyusun program kerja untuk tahun berikutnya.
Ia menegaskan, PGRI harus menjadi solusi bagi guru. “Tidak boleh ada guru yang mengalami masalah tanpa solusi. Baik itu kesulitan dalam bahan ajar, penguasaan materi, atau tantangan dalam pembelajaran kekinian, solusinya ada di PGRI,” katanya penuh semangat. (*)