Fokus penelitian “Matra-TB” adalah mengombinasikan senyawa alami Allicin dari bawang putih dengan keempat OAT standar. Kombinasi ini kemudian diujikan melalui dua rute pemberian yang berbeda: oral konvensional dan inhalasi. Tujuannya adalah untuk melihat apakah terapi inhalasi dapat memberikan efektivitas yang lebih tinggi dengan toksisitas yang lebih rendah.
“Penelitian ini berpotensi mengatasi permasalahan putus obatnya penderita TB akibat durasi pengobatan yang lama serta banyaknya obat oral yang perlu mereka minum,” tambah Fadlan.
Hingga saat ini, tim telah melakukan pengujian pada model hewan tikus yang diinduksi TB. Mereka mengamati tiga parameter utama: durasi pengobatan yang diperlukan, tingkat toksisitas atau kerusakan pada organ hati, serta respons imun yang ditunjukkan oleh tikus percobaan.
Jika terbukti berhasil, inovasi terapi inhalasi ini bukan hanya akan menjadi angin segar bagi jutaan pasien TB di Indonesia, tetapi juga dapat merevolusi protokol pengobatan TB global dengan menawarkan opsi yang lebih cepat, lebih targeted ke paru-paru (organ utama TB), dan jauh lebih ramah bagi tubuh pasien. (*)

