Dari Senayan, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI turut memberi apresiasi, menyebut langkah sektor pangan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sebagai arah yang tepat dan penuh hasil nyata.
Kebijakan yang dijalankan pemerintah, katanya, “tidak hanya menjaga ketersediaan beras, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani”.
Nada serupa datang dari Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Menko Zulhas) yang memuji keberhasilan Kementan sebagai capaian yang “paling konkret dan dirasakan langsung oleh masyarakat, karena menyangkut hajat hidup orang banyak, nasib petani, nelayan, dan peternak”.
Capaian ini tak datang begitu saja. Ia lahir dari sinergi, visi besar dan keberanian mengambil langkah strategis. Presiden Prabowo Subianto memandang perlunya menyatukan arah kebijakan pangan nasional.
Dengan langkah berani, beliau menggabungkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) ke Kementerian Pertanian dan mempercayakan mandat itu kepada Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian sekaligus Kepala Bapanas.
Tugas besar ini menuntut kepemimpinan yang bukan hanya paham data dan kebijakan, tetapi juga mengerti denyut tanah, aroma padi dan bahasa sederhana para petani.
Namun, Andi Amran tahu, perjuangan belum usai. Dalam rapat terbatas di kediaman Presiden, Prabowo Subianto memberi arahan tegas,
lakukan revitalisasi pabrik-pabrik pupuk milik negara, perbaiki sistem produksi dan distribusi agar mampu menjawab kebutuhan petani dengan cepat dan tepat. Arahan itu disambut dengan kesungguhan yang khas dari seorang anak Bugis yang hidup dengan falsafah: “Resopa temmangingngi namalomo naletei pammase dewata”, hanya dengan kerja keras yang sungguh-sungguh datanglah rahmat Tuhan.
Dan benar, kerja keras itu telah berbuah nyata. Produksi meningkat, impor menurun, kesejahteraan petani membaik dan Indonesia kembali menatap masa depan pertanian dengan penuh percaya diri.
Langkah-langkah tegas itu kini menjadi simbol kepemimpinan Andi Amran Sulaiman, pemimpin yang tidak banyak berbicara, tetapi banyak bekerja, yang tidak menuntut pujian, tetapi menanam pengabdian.
Dari Bone ke Jakarta, dari lumpur sawah hingga meja rapat kabinet, Andi Amran Sulaiman tetap membawa nilai yang sama, bekerja untuk rakyat adalah ibadah, dan membangun pertanian adalah bentuk cinta kepada negeri.
Kini, ketika dunia masih bergulat dengan krisis pangan, Indonesia justru menulis bab baru, swasembada yang lahir dari tekad, ilmu, dan keberanian. Dan di tengah barisan panjang para pengabdi bangsa, langkah tegas seorang anak Bugis akan selalu dikenang, sebagai langkah yang menuntun negeri ini menuju kemandirian pangan yang bermartabat dan berdaulat. (*)
Eramas 2000, 18 Oktober 2025
Penulis, Aktivis dan Pemerhati Organisasi