Bagi Abdul Rahman, salah satu peternak penerima manfaat, kehadiran mesin ini terasa seperti “napas baru”.
“Sebelumnya kami harus menajamkan pisau secara manual, bisa makan waktu berjam-jam,” katanya sambil tersenyum. “Sekarang cukup beberapa menit saja. Kerja jadi lebih ringan.”
Imran menuturkan, program ini digelar dengan dukungan Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) PNUP melalui skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Kegiatan semacam ini menjadi jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan nyata di lapangan.
Bagi mahasiswa yang terlibat, pengalaman itu menjadi pelajaran langsung tentang arti teknologi tepat guna. “Kami belajar bagaimana menerjemahkan teori menjadi solusi,” ujar Sri Rahayu, mahasiswa peserta kegiatan.
“Ternyata keberhasilan teknologi tidak diukur dari kerumitannya, tapi dari seberapa besar manfaatnya untuk orang lain,” sebut Sri Rahayu lagi.
Wali Kota Parepare, Tasming Hamid, memberikan apresiasi atas inisiatif PNUP yang dinilai sejalan dengan visi pembangunan ekonomi lokal.
“Bantuan teknologi seperti ini sangat dibutuhkan. Ia bukan hanya membantu peternak meningkatkan produktivitas, tapi juga mengurangi ketergantungan pada cara tradisional yang tidak efisien,” ujarnya.
Pemerintah daerah, lanjutnya, terbuka untuk memperluas kolaborasi dengan kampus dalam bidang inovasi terapan.
Bagi tim CMCS PNUP, kegiatan di Parepare bukan sekadar agenda rutin pengabdian masyarakat. Ia adalah bentuk komitmen untuk menjadikan kampus vokasi sebagai motor perubahan melalui teknologi yang bisa langsung dipegang, digunakan, dan dirasakan manfaatnya.
“Kadang yang dibutuhkan masyarakat bukan alat yang canggih, tapi alat yang tepat,” tutur Imran. “Kalau pisau tajam, pekerjaan lancar. Kalau pekerjaan lancar, hidup juga ikut ringan.”
Dari sebuah bengkel di kampus PNUP Makassar hingga ke tangan peternak di Parepare, mesin pengasah pisau ini menjadi simbol sederhana dari semangat vokasi yaitu, ilmu yang tajam, manfaat yang nyata, Imran Habriansyah, menandaskan. (Hdr)