Senada, pelatih Tapak Suci SMP Negeri 5 Makassar juga menilai panitia kurang bijak. “Kami datang bukan hanya untuk bertanding, tapi juga untuk belajar dan menumbuhkan semangat juang. Ketika anak-anak tidak dihargai, itu mematahkan semangat mereka,” ujarnya. Menurutnya, setidaknya panitia bisa memberikan pengakuan melalui sertifikat partisipasi.
Kritik serupa datang dari pelatih cabang Manggala yang menyoroti buruknya komunikasi panitia. “Kami sama sekali tidak tahu bahwa hanya juara 1 yang akan mendapat hadiah. Tidak ada informasi sejak awal. Ini bentuk ketidakprofesionalan dan kurangnya transparansi,” katanya dengan nada tegas.
Para pelatih dan peserta berharap panitia Porseni KNPI ke depan bisa lebih menghargai seluruh peserta. Menurut mereka, nilai sebuah kejuaraan tidak hanya ditentukan oleh siapa yang menang, tetapi juga oleh bagaimana penyelenggara menghormati semua yang telah berjuang dan berpartisipasi.
Menanggapi kritik tersebut, Ketua Panitia Pelaksana Porseni KNPI Makassar 2025, Try Sutrisno, memberikan klarifikasi. Ia mengakui bahwa hanya juara 1 yang diberi penghargaan karena keterbatasan anggaran. “Kami memang hanya menganggarkan untuk juara 1 saja. Hal ini sudah kami sampaikan sebelumnya kepada pihak Tapak Suci Wilayah Sulawesi Selatan,” ujarnya. Ia berjanji akan tetap mengupayakan pemberian sertifikat partisipasi sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh peserta. (*Rz)

