Palasara tumbuh dengan mengutamakan kemandirian. Gerakan ini berdiri tanpa bergantung pada dukungan eksternal yang mengikat, melainkan berkembang melalui semangat kebersamaan, gotong royong, dan rasa memiliki di antara para anggotanya. Kemandirian tersebut memperkuat jati diri organisasi sebagai wadah yang lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat.
Sekretaris Jenderal Andi Fahri Makkasau Karaeng Unjung menegaskan bahwa Palasara tidak hadir untuk menjadi kompetitor bagi lembaga mana pun, tetapi sebagai mitra yang menjaga keseimbangan antara nilai kearifan lokal dan perubahan zaman. Menurutnya, kesadaran terhadap adat akan memberikan landasan moral yang kuat dalam menghadapi tantangan modern.
Tahun pertama Palasara menjadi fase konsolidasi internal. Sistem kelembagaan dirapikan, struktur organisasi diperkuat, dan jaringan komunikasi dibangun hingga ke akar rumput. Meski dalam beberapa bulan terakhir dinamika organisasi sedikit melambat karena padatnya agenda Sekretaris Jenderal di luar organisasi, semangat dan arah gerakan tetap terjaga berkat komitmen dan rasa tanggung jawab kolektif.
Memasuki tahun kedua, Palasara menargetkan perluasan konsolidasi ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan Barat. Selain itu, Palasara berencana memperkuat lembaga pendidikan adat, mengembangkan pusat kajian budaya, serta menyelenggarakan forum budaya lintas daerah sebagai ruang dialog, pembelajaran, dan regenerasi nilai. Langkah ini bertujuan memastikan bahwa adat tetap relevan dan diteruskan kepada generasi berikutnya.
Dari tanah Maros yang menjadi tempat kelahiran gerakan ini, gema Palasara kini menggema ke berbagai penjuru wilayah. Satu tahun perjalanan ini menjadi bukti bahwa dengan kesungguhan, adat dapat berdiri kembali sebagai kekuatan pemersatu. Selamat Ulang Tahun Pertama Palasara. Semoga cahaya kearifan terus menjadi lentera yang menuntun perjalanan masyarakat menuju masa depan yang bermartabat. (*Rz)

