Kerangka konseptualnya adalah surga sebagai ruang transformasi batin plus ruang etika dan ruang aksi sosial. Filsafat memberikan struktur berpikir dan hikmah. Sementara tasauf memberikan kedalaman batin dan penyucian hati.
“Tiga jurusan bakal fakultas ilmu demi mewujudkan cinta sebagai energi perubahan,” ungkap Prof. Abdullah.
Dia menguraikan peran Adab dalam membangun keindahan, kebijaksanaan dan kebudayaan bahasa sebagai pembawa makna ilahi. Sastra sebagai media penanaman nilai, imajinasi, dan empati. Humaniora menciptakan manusia berbudaya dan berkarakter.
“Jadi Adab interior “kerajaan surga” berupa estetika, moral, dan kemanusiaan,” imbuhnya.
Untuk membangun pondasi keimanan dan ketauhidan, peran Ushuluddin menguatkan “worldview” (cara pandang dunia) Islam, menjernihkan konsep ketuhanan, kenabian, dan eskatologi, dan memberikan dasar bagi etika dan peradaban. Sehingga, Ushuluddin merupakan pondasi ‘kerajaan surga’: iman, logika ketuhanan, dan akidah yang mencerahkan.
“Fakultas cinta adalah fakultas yang menghidupkan ruh ilmu. Karakter utamanya, ilmu yang menghidupkan, bukan menghakimi. Relasi antardosen – mahasiswa berbasis kasih, dan hikmah. Kurikulum yang menumbuhkan adab, empati, dan refleksi. Lingkungan akademik yang merayakan kejujuran dan kesederhanaan,” kunci Prof. Abdullah. (mda).

