Ia juga menegaskan bahwa kepentingan Indonesia tidak berhenti pada sektor peternakan dan pupuk. Pemerintah mendorong Belarus untuk membuka pasar bagi sejumlah komoditas unggulan nasional.
“Kita punya palm oil, produksinya 46 juta ton. Kita juga punya coconut dan kakao. Sekarang kita surplus. Jadi penekanannya jelas, kerja sama harus saling menguntungkan,” tegasnya.
Mentan Amran juga menyampaikan harapan pemerintah Indonesia agar Belarusia bisa mengambil peran lebih besar dalam mendukung program strategis nasional, mulai dari peningkatan produktivitas padi berbasis teknologi, pemenuhan kebutuhan daging dan susu, hingga investasi industri pupuk di Indonesia.
Salah satunya mendorong Belarusia untuk mempertimbangkan investasi dalam pembangunan pabrik pupuk di Indonesia, khususnya terkait kebutuhan rock phosphate dan potassium yang masing-masing mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Kebutuhan ini akan meningkat seiring rencana pemerintah membuka 3 juta hektare lahan, di mana 1 juta hektare telah disiapkan di Papua Selatan.
Tidak hanya itu, pertemuan juga membahas peluang kerja sama perakitan alat dan mesin pertanian (alsintan), termasuk traktor hingga teknologi solar panel untuk mempercepat modernisasi pertanian nasional.
Terakhir, Mentan Amran menegaskan pentingnya dukungan Belarusia dalam percepatan penerbitan Health Certificate (HC) dan sertifikasi halal, agar produk susu dan daging Belarus dapat masuk ke Indonesia sesuai standar keamanan pangan.
Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah penguatan kemitraan strategis Indonesia–Belarusia di sektor pertanian. Kedua pihak sepakat membuka ruang kolaborasi yang lebih luas. Dengan prinsip saling menguntungkan, kerja sama ini diharapkan memberikan dampak nyata bagi ketahanan pangan serta penguatan posisi Indonesia dan Belarusia sebagai negara agrikultur besar di tingkat global. (*)

