Riri Rhiza Ingin Garap Film Ramang, Tapi…

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Riri Rhiza mengatakan, dia menjaga betul setiap langkah yang dia lakukan. Bukan hanya dia, melainkan juga komunitas, mereka yang memiliki keinginan untuk melakukan yang paling baik. Namun yang jelas, pekerja film adalah para profesional yang harus hidup. Jadi, tidak memisahkan membuat film itu untuk sesuatu yang disebut “cuan”(uang) dengan idealisme. Semua bisa berjalan berdampingan.

Dia mengakui, tidak membuat film horor. Bukan karena tidak suka film horor, melainkan secara ideologis, dia merasa itu bukan arena atau lapangan yang cocok buat dirinya.

Riri Rhiza menyebutkan, banyak orang Indonesia yang jarang menonton film Indonesia, tetapi sudah bisa mengkritik film produksi sendiri.

“Jadi cara pertama untuk mengkritik, seseorang harus belajar. Coba melihat film Indonesia beberapa tahun terakhir. Jangan-jangan jumlah film yang baik dengan yang buruk itu, tidak terlalu buruk,” katanya, kemudian menambahkan, di Amerika Serikat, setahun diproduksi 60 film, namun film yang bagus itu paling 30. Selebihnya film yang dibuat untuk “cuan”. Begitu pun di Hong Kong dan India.

Riri Rhiza menyebutkan, yang kita bicarakan saat ini adalah, film itu tidak hanya untuk kepentingan ‘cuan’ belaka, tetapi juga untuk ilmu pengetahuan, kebudayaan. Mengenai kisah di kampus yang dapat dijadikan cerita film, Riri Rhiza mengatakan, memang kita memerlukan lembaga pendidikan yang dapat mengolah cerita dari kampus.

Dia memberikan contoh, film “Laskar Pelangi” yang meraih banyak penonton, penulis novel film itu, Andrea Hirata, menghabiskan waktu 10 tahun dalam hidupnya untuk merakit kisah itu menjadi sebuah novel. Dan itu ditulis ulang, ditulis ulang, hingga dia yakin menjadi sebuah novel yang kemudian dibaca oleh sedikitnbya 500 ribu orang. Ketika novel itu menjadi film yang menghabiskan durasi 2 jam, ditonton oleh 4,5 juta orang. Sampai sekarang ini, karya Anrea Hirata itu masih dibicarakan orang karena terjadi kombinasi antara novel dengan film.

Baca juga :  Dr Ihyani Malik : Baitul Arqam Dosen Fisip Unismuh Kenangan Yang Sulit Dilupakan

“Membuat film itu butuh pemodal. Tidak hanya dengan adanya cerita,” ujarnya Riri Rhiza yang setelah seminar mengadakan lolakarya tentang film yang berlangsung dua hari, hingga Senin (8/12/2025) di Ruang Senat FIB Unhas.

Rangkaian perayaan Dies Natalis ke-65 Unhas ini, pada tanggal 6 Desember 2025 berlangsung dialog nasional di Baruga Andi Pangerang Petta Rani Kampus Tamalanrea. Pada kegiatan ini ditampil Rektor Unhas Prof.Dr. Ir.Jamaluddin Jompa, M.Sc., Anggota DPR RI Dr.Syamsul Rijal, MI, S.Sos,M.Si., Dosen UNM Dr.Aslan Abidin, M.Hum, dan Dr,Antarini, S.H.,LLM, dari Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi Jakarta, sebagai pembicara.

Ahad (7/12/2025) dilaksanakan jalan santai keliling kampus yang diikuti Rektor Unhas, para pimpinan Unhas dan fakultas, dan sivitas akademika FIB Unhas. (mda).

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Empat Bulan Kepemimpinan Kadir Halid, Wushu Sulsel Langsung Bangkit

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kebangkitan cabang olahraga Wushu di Sulawesi Selatan semakin terlihat nyata dengan suksesnya pelaksanaan Pra Pekan...

Sekretaris umum PGI Kunjungi Dua Jemaat Gereja Toraja di Luwu Timur

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR — Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pdt Darwin Darmawan, melakukan kunjungan kerja ke...

Dihadiri Sekum PGI, Ribuan Umat Kristiani Lutim ikut Natal Bersama di Tomoni Timur

PEDOMANRAKYAT, LUWU TIMUR — Sore yang cerah di Lapangan Desa Pattengko, Tomoni Timur, Sabtu (6/12/2025), menjadi saksi sebuah...

Lurah Temui Massa Sebelum Demo, Sanggahan Diterima, Tudingan Politik Uang Mulai Terbantahkan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Lurah Maccini Sombala Fuad Raking Bading menegaskan proses sanggah tetap berjalan menyusul penolakan sejumlah warga...