Ia menegaskan bahwa penyediaan air bersih adalah tanggung jawab dasar pemerintah. Karena itu, jaringan baru di Jalan Titang juga terhubung dengan penguatan jaringan di beberapa titik lain, termasuk Tamalanrea, Pongtiku, hingga Pabaeng-baeng.
Direktur Utama PDAM Makassar, Hamzah Ahmad, yang ikut mendampingi, mengungkapkan keheranannya ketika pertama kali meninjau lokasi.
“Ini lorong di tengah kota, strategis, ramai. Tapi airnya tidak pernah lancar. Saya kira yang bermasalah itu wilayah jauh dari pusat suplai. Ternyata justru di sini.”
Hamzah menjelaskan bahwa masalah utama selama ini bukan produksi air, melainkan kendala izin koneksi pipa dari balai. Setelah izin keluar dua minggu lalu, jaringan sepanjang 600 meter dengan pipa 110 mm langsung dikoneksikan.
Hasilnya terasa cepat.
Delapan lorong kini sudah teraliri, lebih dari 400 kepala keluarga sudah menikmati perbaikan signifikan. Setelah uji coba flushing tiga hari, tekanan air stabil. Banyak warga baru sadar air telah mengalir setelah petugas PDAM meminta mereka membuka keran.
“Mereka pikir percuma. Ada yang bilang, ‘janganmi datang.’ Tapi setelah buka keran, kaget sendiri karena airnya deras,” kata Hamzah sambil tersenyum.
Ia menegaskan kembali bahwa seluruh proses aktivasi meteran dan penyambungan jaringan baru adalah gratis—bagian dari implementasi kebijakan Wali Kota Makassar dan realisasi program prioritas pasangan MULIA.
Hari itu, di lorong kecil Jalan Titang, bukan hanya air yang mengalir.
Harapan juga mulai mengalir—diam-diam, namun penuh rasa syukur dari para warga yang akhirnya merasakan janji pemerintah tak lagi berhenti pada kata-kata.
Air bersih mungkin terlihat sederhana.
Namun bagi mereka yang lama menunggu, air adalah cerita tentang kehadiran negara, tentang perhatian, dan tentang hidup yang kini terasa sedikit lebih ringan. (Ardhy M Basir)

