Materi administrasi ini disampaikan oleh Muh Saleh, S.Pd, M.Pd. Pelatihan ini menekankan pentingnya keseragaman dokumen resmi, penguatan arsip, dan peningkatan kualitas komunikasi antar lembaga. Dr. Fahrisal menyebut materi ini sebagai “fondasi penguatan tata kelola kelurahan yang modern.”
3. Sosialisasi Dampak Bullying bagi Peserta Didik
Pemaparan dari Dr. Rahmat Saleh, S.Pd, M.Pd, materi ini membahas faktor penyebab perundungan, ciri siswa rentan menjadi korban, serta pentingnya peran sekolah dan keluarga.
Babinsa Bontokio, Koptu Abd Basti HR, menilai materi ini sangat relevan dan berharap pelaksanaannya diperluas hingga satuan pendidikan sekitar.
4. Kampung Belajar: Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Masyarakat Desa
Materi ini dijelaskan oleh Nana Harlina Haruna, S.Pd, M.Pd, yang memperkenalkan program kolaboratif untuk meningkatkan mutu pendidikan di desa. Mulai dari pemetaan kebutuhan, pelatihan guru, hingga rencana keberlanjutan program, Kampung Belajar dinilai sebagai model ideal pembinaan pendidikan berbasis komunitas.
Selama pemaparan materi pengabdian tersebut tampil selaku nara sumber, dosen FKIP Unismuh Makassar, Dr. Dra.Nadrah, M.Pd dan dosen pendamping lainnya kelompok III ini, Dr. Muhammad Yahya, M.Si.
Sinergi Kampus dan Desa untuk Kemajuan Bontokio
Menurut Dr. Fahrisal, keterlibatan kampus seperti Unismuh Makassar, Universitas Bosowa, Universitas Pelita Harapan, Universitas Maumere, Institut Turatea Indonesia, UKI Paulus, Politeknik Nusantara Makassar, dan lainnya, menunjukkan kuatnya jejaring ADPERTISI dalam pengabdian masyarakat.
“Ini bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi langkah awal menuju transformasi administrasi desa dan penguatan kapasitas masyarakat,” tegasnya.
Adanya rangkaian empat inovasi tersebut, Kelurahan Bontokio kini diharap menjadi contoh desa kolaboratif yang mampu memanfaatkan potensi lokal, memperkuat tata kelola, dan meningkatkan mutu pendidikan melalui kemitraan berkelanjutan antara perguruan tinggi dan masyarakat.

