Sementara itu, perwakilan Rumah Zakat Sulsel, Salmiah Made, menjelaskan bahwa pihaknya menyalurkan bantuan peralatan sekolah kepada 39 siswa serta bantuan sembako untuk enam guru honorer.
“Data penerima sudah kami koordinasikan dengan kepala sekolah. Semoga bantuan dari para donatur Rumah Zakat ini bermanfaat dan berdayaguna,” ujarnya.
Bantuan tersebut membuat Kepala SDN 61 Terapung Pattallassang, Murni, S.Pd, tak kuasa menahan haru.
“Saya mulai bertugas tahun 2022, saat sekolah ini hanya memiliki sembilan siswa dengan dana BOS sekitar tiga juta rupiah. Sekarang kami membina 39 siswa. Perjuangan kami sangat berat. Alhamdulillah hari ini Allah menghadirkan orang-orang baik dari Makassar,” ucapnya dengan suara bergetar.
Ia mengaku, rasa bahagianya sulit diungkapkan dengan kata-kata.
“Semoga semua yang membantu mendapat pahala berlipat ganda, kesehatan, dan rezeki yang melimpah,” tuturnya.
SDN 61 Terapung Pattallassang berdiri di atas tanah milik Pemda Pangkep yang masih berupa rawa, dikelilingi empang warga. Bangunan kayu berukuran sekitar 8 x 20 meter itu terdiri dari tiga ruang utama yang disekat menjadi kelas 1 hingga kelas 6, ruang guru, UKS, dan perpustakaan kecil.
Meski jauh dari kata layak, sekolah ini tetap terawat dan bersih. Untuk mencapainya, pengunjung harus menempuh sekitar 15 menit dari poros Makassar–Parepare, melewati pematang empang dan lintasan rel kereta api. Sepanjang perjalanan, hamparan sawah dan siluet pegunungan karst menghadirkan pemandangan yang menenangkan, kontras dengan beratnya perjuangan pendidikan di dalamnya.
Kolaborasi K-Apel, Rumah Zakat Sulsel, dan Penbis menjadi bukti bahwa kepedulian masih hidup. Mereka pun membuka pintu selebar-lebarnya bagi komunitas, lembaga, maupun individu lain untuk ikut bergandengan tangan.
Karena di sekolah sederhana di atas rawa ini, setiap buku, setiap papan, dan setiap uluran tangan adalah cahaya bagi masa depan anak-anak Pattallassang. (Ardhy M Basir)

