“Saya merasa sedih dan tersentuh betapa besar dampak yang ditimbulkan para pembalak hutan ketika banjir bandang menerjang”, ujarnya, sambil menambahkan kebiasaannya membuat puisi dan sajak secara spontanitas ketika melihat atau mendengar obyek inspirasi hingga ‘melahirkan’ syair ini dalam waktu sekitar 15 menit yang langsung ditulis di akun FB-nya, akhir November lalu.
Sosok organisatoris yang fokus pada masalah sosial ini berharap, karyanya bisa menggugah semua pihak agar menjaga dan ikut memelihara alam sekitarnya.
“Alam itu pelengkap kehidupan yang diciptakan untuk kebutuhan semua mahluk termasuk manusia”, kunci Wartawan dan seniman yang bisa memainkan sejumlah alat musik ini. (*)

