PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Pagi di halaman UPT SPF SDN Mangkura I, angin berembus pelan menyapu dedaunan hijau yang tumbuh rapi di sudut-sudut sekolah. Di antara pot bunga dari botol bekas dan deretan tanaman obat keluarga, anak-anak tampak sibuk memilah sampah—plastik, kertas, dan organik—sebelum bel masuk berbunyi. Di sekolah ini, menjaga lingkungan bukan sekadar tugas, melainkan sudah menjadi kebiasaan.
Dari rutinitas sederhana itulah, sebuah prestasi besar lahir. Tahun 2025, SDN Mangkura I resmi meraih Predikat Sekolah Adiwiyata Mandiri, penghargaan tertinggi nasional di bidang pendidikan lingkungan hidup. Bersamanya, sembilan sekolah lain di Kota Makassar turut mengharumkan nama daerah dengan meraih Predikat Adiwiyata Mandiri Nasional 2025.
Capaian ini menjadi bukti bahwa upaya membangun kesadaran lingkungan sejak dini bukan sekadar wacana. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin dan Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham, sektor pendidikan kembali menunjukkan lompatan membanggakan—kali ini dalam misi besar menyelamatkan bumi dari bangku sekolah.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Achi Soleman, perjalanan menuju predikat Adiwiyata bukanlah proses singkat.
“Sekolah harus membuktikan bahwa budaya lingkungan benar-benar hidup, bukan hanya proyek sesaat. Ada konsistensi, partisipasi, dan keberlanjutan,” ujar Achi, Senin (8/12/2025).
Di setiap sekolah penerima penghargaan, pendidikan lingkungan tak berhenti di ruang kelas. Ia hadir dalam tindakan nyata—mulai dari penghijauan, perawatan taman, pembibitan tanaman, hingga pengelolaan sampah berbasis 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Anak-anak diajak mengolah sampah organik menjadi kompos, menyulap barang bekas menjadi karya kreatif, hingga belajar menghemat air dan listrik.
Tak kalah penting, nilai lingkungan juga terintegrasi dalam kurikulum belajar dan kegiatan ekstrakurikuler. Di sinilah karakter peduli lingkungan tumbuh bersama disiplin, tanggung jawab, dan kebersamaan.
“Untuk sekolah dengan predikat Adiwiyata Mandiri, bahkan ada kewajiban membina sekolah lain sebagai percontohan. Ini tanda bahwa mereka sudah matang, bukan hanya tertib di internal sekolahnya,” tambah Achi.
Proses penilaian yang dilalui sekolah-sekolah ini terbilang panjang dan ketat. Mulai dari verifikasi dokumen—seperti Rencana Aksi Lingkungan, kurikulum berbasis lingkungan, hingga laporan monitoring—hingga verifikasi lapangan langsung oleh tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup.
Kerja keras itu akhirnya berbuah manis. Dari ratusan sekolah di Indonesia, Makassar menempatkan diri sebagai salah satu daerah yang serius membangun generasi sadar lingkungan.
Puncak pengakuan itu akan digelar pada Rabu, 10 Desember 2025, di Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, saat penghargaan Adiwiyata diserahkan secara nasional.
Namun bagi Achi, penghargaan bukanlah garis akhir.
“Ini baru awal. Kita ingin gerakan sekolah hijau ini menular ke semua sekolah di Makassar. Anak-anak inilah yang kelak menjadi penjaga masa depan lingkungan kita,” ujarnya.

