TENTANG KAMI
MEDIA ONLINE
PEDOMANRAKYAT.CO.ID
MEDIA online PEDOMANRAKYAT.CO.ID diterbitkan kembali dan dikelola bersama oleh sejumlah mantan wartawan dan karyawan dari Koran Harian PEDOMAN RAKYAT Makassar. Media digital ini resmi diluncurkan pada tanggal 9 Februari 2022 bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional (HPN). Hajatan peluncuran yang digelar secara megah dalam waktu bersamaan di 2 tempat dan kota berbeda namun tetap terhubung menggunakan aplikasi daring, langsung menyita perhatian publik.
Gawe peluncuran yang dikemas spektakuler, dipusatkan di Hotel Claro, Kota Kendari yang dihadiri Ketua PWI Pusat dan sejumlah Pengurus PWI Sulawesi Selatan. Sementara di Kota Makassar dilaksanakan di Kafe Baca, dan dihadiri seluruh wartawan dan karyawan media online ini serta sejumlah undangan dari kalangan instansi pemerintah maupun swasta. Bahkan seratusan karangan bunga/papan ucapan selamat yang berjejer rapih di area pekarangan depan kafe hingga sepanjang jalan Adhiyaksa, semakin menambah kemeriahan acara.
Kisah kehadiran kembali nama besar PEDOMAN RAKYAT — salah satu koran tertua di tanah, dan terbesar di Indonesia Timur — ke kancah pertarungan media di era digital ini, cukup unik dan patut diacungi jempol. Ceritanya bermula, meski koran yang pernah menjadi kebanggaan seluruh rakyat Sulawesi Selatan ini sudah almarhum alias tidak terbit sejak tahun-tahun silam, tetapi setiap tahunnya pada tanggal 1 Maret sejumlah mantan wartawan dan karyawan PEDOMAN RAKYAT masih tetap melakukan peringatan hari jadi harian tersebut.
Para mantan wartawan dan karyawan tersebut memperingati hari jadi koran yang pernah tersebar sampai ke kawasan timur Indonesia itu sebagai penghargaan telah melahirkan mereka sebagai jurnalis. PEDOMAN RAKYAT punya andil besar melahirkan sejumlah wartawan hebat di masa keemasannya. “Meski sudah tidak terbit, namanya kita akan kenang sampai kapan pun dan 1 Maret adalah waktu yang kita agungkan ketika itu. Tanggal ini kita jadikan momentum untuk bersilaturahmi para mantan wartawan dan karyawan,” demikian selalu diungkapkan oleh para alumni media cetak itu.
Hingga suatu ketika, pada peringatan Hari Jadi PEDOMAN RAKYAT tanggal 1 Maret 2021 yang berlangsung di Kafe Baca, salah seorang wartawan senior alumni media ini, James Wehantouw mengusulkan untuk kembali menghidupkan PEDOMAN RAKYAT dalam bentuk media digital atau media online. Alasannya cukup mendasar, menurutnya setiap tahun mereka selalu menggelar hajatan peringatan yang terbilang cukup meriah, sementara media yang diagung-agungkan ini sudah almarhum. Nah, bagaimana jika media tersebut dihidupkan kembali dan dikelola bersama.
Ide cemerlang ini spontan disambut penuh antusias oleh seluruh alumni PEDOMAN RAKYAT. Semangat merekapun terinspirasi dari keyakinan bahwa selain nama besar media legendaris tersebut masih harum dan melekat di publik tanah air serta terkhususnya masyarakat Sulawesi Selatan, juga para alumninya masih memiliki banyak relasi yang terjalin erat sejak semasa mereka masih bekerja sebagai wartawan dan karyawan koran harian itu hingga sekarang ini.
Dengan dukungan seluruh alumni PEDOMAN RAKYAT, selanjutnya James Wehantouw tepat pada tanggaĺ 1 Maret 2021 membeli domain PEDOMANRAKYAT.CO.ID, dan juga hostingernya, lalu mulai membuat tampilan websitenya, mempersiapkan personel dan struktur keredaksiannya serta melakukan uji coba selama beberapa bulan, hingga resmi diluncurkan pada tanggal 9 Februari 2022.
Setelah resmi diluncurkan, James Wehantouw kemudian bersama Ardhy M. Basir, Dahlan Abubakar, Laode Arumahi, dan Rusdy Embas mendirikan badan hukum Perseroan Terbatas (PT) selaku penerbit media online PEDOMANRAKYAT.CO.ID. Akte No.50 tentang pendirian badan hukum yang diberi nama PT PEDOMAN RAKYAT UTAMA tertanggal 24 Februari 2022 itu dibuat dan diterbitkan oleh Notaris Ismada Salman, SH, M.Kn, yang selanjutnya disahkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-0015490.AH.01.01 Tahun 2022 tanggal 2 Maret 2022.
Media ini sejak masih dalam bentuÄ· cetak hingga kini digital, senantiasa menarik perhatian publik untuk dibaca. Itu karena media ini mengusung konsep berita terpercaya dengan mengedepankan peristiwa lokal di Sulawesi Selatan dan berita penting nasional. Meski demikian, peristiwa dari luar Sulawesi Selatan yakni daerah provinsi lainnya di seluruh Indonesia, juga tetap menjadi perhatian kami.
Untuk menjaga kualitas pemberitaan, Kami memberlakukan sistem kontrol yang cukup ketat dengan mengusung motto “Dari Makassar Untuk Indonesia” dengan mengobarkan spirit “Suara Rakyat Merdeka,”. Sehingga publik mendapat manfaat maksimal dari setiap berita yang kami sajikan.
Kami senantiasa menjaga keseimbangan dalam pemberitaan dengan berpatokan pada Kode Etik Jurnalistik. Jauh dari sikap menghakimi yang berpotensi mencederai masyarakat. Kami senantiasa memposisikan diri sebagai penyalur aspirasi rakyat, sekaligus penyambung informasi pembangunan. Dengan demikian, media ini bisa menjadi referensi bagi mereka yang ingin berinvestasi di Sulawesi Selatan maupun daerah provinsi lainnya di tanah air.
Sejarah PEDOMAN RAKYAT
Perjalanan panjang dari Koran Harian PEDOMAN RAKYAT yang terbit di Makassar Sejak 1 Maret 1947 dan pada puluhan tahun silam dikenal sebagai Koran Perjuangan, kisahnya bermula setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Pemerintah Belanda di bawah pimpinan Dr Van Mook, berupaya menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia dengan politik memecah-belah, lewat pembentukan negara bagian.
Rakyat Indonesia ketika itu terpecah menjadi dua golongan, Golongan Republikein yang konsekuen mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta Golongan Federalis yang termakan pengaruh Van Mook.
Bagian timur Indonesia waktu itu disiapkan sebagai satu negara bagian diberi nama Negara Indonesia Timur (NIT). Karena berbagai reaksi menentang rencana itu, Belanda melarang kegiatan politik lewat partai-partai politik.
Kaum Republikein tetap konsisten tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Salah satu jalan untuk tetap memperjuangkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, adalah dengan mendirikan surat kabar. Maka, pada hari Sabtu, 1 Maret 1947 diterbitkanlah majalah tengah boelanan: Pedoman.
Kehadiran Pedoman tidak disenangi Pemerintah Belanda dalam NIT. Pertengahan tahun 1947, Pemerintah Belanda mengeluarkan keputusan mengusir Pimpinan Umum/Redaksi Pedoman, Soegardo dari wilayah NIT.
Pedoman kemudian diteruskan pengasuhnya di bawah pimpinan Henk Rondonuwu sebagai pemimpin umum/redaksi dan dibantu oleh beberapa reporter muda, antara lain, LE Manuhua (almarhum). Pada saat itu, Pedoman yang semula terbit tengah bulanan meningkat menjadi minggoean (mingguan).
Berkat dukungan positif dari masyarakat daerah ini, pada 17 Agustus 1948, selain Minggoean Pedoman, juga diterbitkan sebuah surat kabar harian diberi nama Pedoman Harian. Karena waktu itu Pemerintah Belanda tidak membolehkan percetakan untuk mencetak surat kabar, maka Pedoman Minggoean dan Pedoman Harian terbit stensilan.
Oktober 1948, Percetakan Drukkery Macasser membuka kesempatan kepada Minggoean Pedoman. Karena biaya cetak cukup tinggi, Pedoman hanya mampu cetak beberapa kali di percetakan tersebut.
Langkah berikutnya, Pemerintah Belanda kembali melancarkan intimidasi terhadap pers Republikein di daerah ini. Dengan alat judikatif, Belanda menuntut sejumlah penanggung jawab surat kabar, dengan tuduhan menghina Ratu Belanda.
Henk Rondonuwu sebagai penanggung jawab redaksi Pedoman dan Pedoman Harian dihukum penjara tiga bulan. Minggoean Pedoman berhenti terbit untuk sementara, sedangkan Pedoman Harian tetap terbit.
Pedoman Nusantara
Tahun 1949, selain Pedoman Harian tetap terbit, diterbitkan pula Mingguan Pedoman Nusantara yang merupakan hasil merger (gabungan) dari Pedoman, Mingguan Nusantara, serta Mingguan Pedoman Wirawan sebagai gabungan dari Rubrik Pemuda pada Mingguan Pedoman dengan Majalah Pemuda Wirawan. Semua penerbitan itu diterbitkan Badan Penerbit Nasional Pedoman.
Harian PEDOMAN RAKYAT
Fase perjuangan nasional terus meningkat. Pedoman dan Pedoman Harian tetap terbit karena dua media ini kebetulan tidak dilarang Pemerintah Belanda.
Suasana politik berubah ketika penyerahan kedaulatan tahun 1950. Para pengasuh Pedoman dan Pedoman Harian sudah menganggap bukan waktunya lagi meneruskan penerbitan ini dalam bentuk stensilan, apalagi Percetakan Drukkery Macasser memberi kesempatan cetak lagi bagi Pedoman dan Pedoman Minggoean.
Mulai November 1950 diterbitkanlah harian PEDOMAN RAKYAT sebagai gabungan semua penerbitan sejak Tengah Boelanan Pedoman 1 Maret 1947.
Seiring dengan pemakaian nama baru, juga berubah bentuk menjadi surat kabar umum (broadsheet) dengan cetak offset. Rencana penerbitan itu memiliki percetakan sendiri sejak 1948 baru terwujud pada 1952/1953. Pemerintah prafederal saat itu memberikan bantuan lima unit mesin percetakan pers didatangkan dari luar negeri.
Pada mulanya lisensi satu unit percetakan itu diberikan kepada Badan Penerbit Nasional Pedoman, tetapi ada perubahan suasana politik. Pemerintah mengubah keputusan menyerahkan kepada tiga penerbit nasional di Makassar, yakni tiga harian, masing-masing PEDOMAN RAKYAT, Marhaen, dan Sulawesi Bergolak.
Percetakan Sulawesi
Tiga harian ini kemudian membentuk PT Penerbitan dan Percetakan Sulawesi, diresmikan 17 Agustus 1953. Setelah pengresmian, Sulawesi Bergolak berhenti terbit, sehingga pengelolaan percetakan dan penerbitan tersebut dilanjutkan oleh PEDOMAN RAKYAT dan Marhaen.
April 1959, status PT Percetakan Sulawesi dialihkan secara sewa beli kepada PEDOMAN RAKYAT dan Marhaen. Percetakan milik pemerintah itu menjadi milik sepenuhnya PT Percetakan Sulawesi tahun 1970. Badan Penerbit Marhaen kemudian melepaskan hak turut sertanya tanggal 1 Mei 1972, dengan menjual sahamnya kepada PEDOMAN RAKYAT (Firma Perak).
Tidak Terbit
Pasca kepemimpinan LE Manuhua, sekitar pertengahan 1990-an, harian ini memasuki babak baru dengan dibentuknya struktur jabatan direksi.
Sebelumnya, PEDOMAN RAKYAT dibawah kendali Pemimpin Umum/Redaksi LE Manuhua, namun setelah itu dibentuk struktur baru dengan direktur utama yang pertama JB Pinontoan yang dibantu Hasanuddin Tahir alias Tatang sebagai Direktur I, dan Luthfi Qadir sebagai Direktur II.
Beberapa tahun kemudian dilakukan pergantian direksi. Ventje S Manuhua, yang tidak lain anak kandung LE Manuhua dipercaya menjabat Direktur Utama PT Media Pedoman Jaya. Ventje dibantu Direktur I Luthfi Qadir, dan Direktur II Ardhy Basir.
Setelah itu, Peter Gozal yang pengusaha perhotelan masuk menjadi direktur utama. Ia didampingi tiga direktur, yakni Direktur Pemberitaan dan Pengembangan Asdar Muis RMS, Direktur SDM Luthfi Qadir, dan Direktur Keuangan Badaruddin.
Ketika Peter Gozal mundur sebagai direktur utama, harian PEDOMAN RAKYAT sempat tidak terbit selama kurang lebih 40 hari antara Februari hingga awal April 2007.
Ventje Manuhua kemudian menerbitkan kembali Harian PEDOMAN RAKYAT pada April 2007, tetapi tidak bertahan lama. Harian PEDOMAN RAKYAT terbit terakhir kali pada 2 Oktober 2007. Sejak 3 Oktober 2007, Harian Pedoman Rakyat tidak lagi terbit untuk menemui pembacanya. Sejak tidak terbit lagi pada 2007, beberapa wartawan dan karyawan Harian PEDOMAN RAKYAT masing-masing membuat media cetak berupa tabloid dan majallah serta media online yang mereka kelola sendiri-sendiri, namun ada pula yang bergabung ke media cetak lainnya di Makassar maupun nasional.
Ķendati para alumni PEDOMAN RAKYAT telah terpencar-pencar di beberapa media dan ada juga yang beralih profesi di berbagai bidang seperti dosen, pengacara, pengusaha dan lainnya, namun kekompakkan dan silaturahmi terus terjalin. Mereka rutin kumpul-kumpul dan setiap tahun pada tanggal 1 Maret merayakan bersama-sama Hari Jadi PEDOMAN RAKYAT. Kekompakkan ini semakin kokoh sejak kehadiran kembali media terseɓut dalam bentuk digital, yakni media online PEDOMANRAKYAT.CO.ID. (*)


