Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin
Kehidupan telah mengantarkan dan membawa kita dari satu tempat ke tempat lainnya; Nasib telah memindahkan kita dari satu titik ke titik lainnya. Dan kita, sambil mengejar kedua hal ini, mendengar suara- suara yang mengerikan dan hanya melihat hal-hal yang berdiri sebagai halangan dan rintangan di jalan kita.
Kecantikan telah menampakkan dirinya kepada kita dan duduk di atas singgasana kemuliaan; tetapi kita mendekatinya atas nama nafsu, merenggut mahkota kemurniannya, dan mencemari pakaiannya dengan perbuatan jahat kita. Demikian Kahlil Gibran mengingatkan kita akan dampak dari mengikuti hawa nafsu.
Allah SWT telah memberikan hawa nafsu kepada umat manusia sebagai ujian. Bagi mereka yang mampu mengendalikannya, akan selamat. Sebaliknya, bagi mereka yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, sebagaimana bahasa Gibran, maka dia akan merenggut mahkota kemurnian seseorang, atau membuat hati seseorang yang bersih jadi ternoda.
Islam mengajarkan kepada umatnya, agar tidak larut dengan godaan nafsu untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
Allah SWT mengingatkan dalam QS Al- Maidah: 77 "Janganlah kamu melampaui batas dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang - orang sesat terdahulu, mereka telah menyesatkan manusia dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."
Mereka yang mengikuti hawa nafsunya sebagaimana orang terdahulu, yang telah sesat karena mereka tidak mengikuti petunjuk dari para Nabi, yang mereka lihat hanyalah tentang kenikmatan duniawi semata. Olehnya, tidak jarang apa pun dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan ini guna memenuhi isi perutnya, tanpa peduli dengan penderitaan orang lain.
Mereka yang terbelenggu dengan nafsunya, bisa saja enggan melepaskan genggamannya dari kenikmatan sesaat tersebut dan tidak ingin berpisah dengannya.
Gibran mengingatkan, "Kita berpegang teguh pada bumi, sementara gerbang Hati Tuhan terbuka lebar. Kita menginjak - injak roti kehidupan, sementara mereka yang kelaparan menggerogoti hati kita. Betapa bagusnya kehidupan bagi manusia; namun betapa jauhnya manusia dari kehidupan tersebut." Allah a'lam
Makassar, 8 Maret 2022