Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin
Tulisan ini terinspirasi oleh aktivitas mahasiswa yang sudah memulai perkuliahan semester genap. Suatu kesyukuran bisa berinteraksi langsung dengan generasi masa depan sebagai harapan dan penerus cita-cita para pendiri negara ini. Bermodalkan semangat saja, tentu tidaklah cukup, namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar cita-cita hari esok dapat terwujud.
Kahlil Gibran pernah menulis; “Umat manusia terbagi dalam dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri dari mereka yang sudah tua, yang membutuhkan sandaran untuk meneruskan perjalanan hidup. Mereka terengah-engah seakan-akan seperti mendaki puncak gunung, ketika sesungguhnya mereka sedang turun ke dalam jurang.”
Di kalangan masyarakat, biasanya kita mendengar adagium “Jika anak muda berkumpul bersama, sesama mereka tertawa riang gembira. Bahkan, cenderung membuat kesalahan kecil, biasanya hal tersebut dapat dimaklumi. Namun jika yang melakukan adalah mereka yang sudah berusia senja, dengan melakukan kesalahan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, sepertinya hal tersebut kurang wajar. Jika ada anak muda, masih lalai dengan ajaran agamanya, mungkin hal tersebut dapat dianggap wajar. Namun, jika mereka yang sudah berusia lanjut melanggar norma-norma agama dan tidak mengindahkannya, sepertinya hal tersebut dianggap kurang tepat.”
Di kalangan anak muda, banyak mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh para senior, orang tua mereka, juga melihat betapa banyak di antara mereka yang sudah berusia senja juga melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh kaum muda.
Tidak sedikit di kalangan orang yang kepalanya sudah diselimuti oleh putihnya uban (istilah kerennya sudah berhijrah dari dunia hitam ke dunia putih....😁😁😁), kulit sudah mulai keruput, persendian sudah agak lemah, dan sebagainya, namun mereka masih saja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma agama.
Gibran melanjutkan, “Kelompok kedua, adalah kelompok para pemuda. Mereka melaju cepat, seolah-olah kaki mereka bersayap. Suara mereka nyaring, jelas. Dan walaupun sedang mendaki gunung, mereka tidak kecapaian. Seolah-olah ada kekuatan gaib yang mendorong mereka.”
Wahai anak muda, ingatlah pesan Rasulullah SAW, “Gunakan masa mudamu, sebelum masa tuamu.”
Oleh karena itu, wahai anak muda, hati-hatilah pada tipu muslihat duniawi yang bersifat sesaat, sebab dunia ini tidak akan duduk berlama-lama dengan siapa pun. Berhati-hatilah, dengan godaan duniawi, sebab bisa saja hari ini dia merangkul dan memelukmu, maka suatu ketika dia akan membuang dan mencampakkanmu.
Sadarlah wahai anak muda, hendaklah kalian tidak tertipu dengan kekuatan dan keperkasaan masa mudamu. Sebab, di taman dunia ini tak satu pun pohon cemara ditumbangkan oleh terpaan angin. Hari kemarin telah berlalu meninggalkan kenangan manis yang penuh kebahagiaan, tataplah hari esok yang akan menyambutmu setiap hari, olehnya pergunakan hari ini sebaik-baiknya untuk melakukan segala kebajikan dan membangun hari esok yang lebih baik lagi.
Wahai anak muda, harapan bangsa, jadikan etika yang baik sebagai salah satu modal dalam mewujudkan hari esok yang lebih cerah, belajarlah dari mereka yang telah sukses dalam meraih cita-cita, juga dari mereka yang mungkin belum meraih apa yang mereka impikan. Ambil yang baik, tinggalkan yang tidak baik....
Sepertinya tulisan ini, nasehat untuk diri sendiri. Allah a'lam
Makassar, 9 Maret 22