Salah seorang pengunjung yang dimintakan komentarnya mengemukakan, tidak sepantasnya pihak manajemen memberlakukan aturan baru yang memperlakukan konsumen dengan golongan ekonomi menengah keatas ini untuk antre berjam-jam baru bisa masuk berbelanja kebutuhan sehari-harinya.
“Konsumen yang datang kesini kan seharusnya diberikan perlakuan yang memberikan rasa nyaman. Mereka datang bawa uang banyak dengan niat berbelanja, tapi kok harus dihambat dan disita waktunya sampai berjam-jam, mulai pengambilan nomor antrean, lalu bersesakan berdiri di depan pintu masuk, duduk memenuhi kursi-kursi yang jumlahnya terbatas, hingga terpaksa duduk jongkok ataupun bersila di tembok dan lantai pelataran, untuk menunggu giliran nomor antreannya dipanggil,” ungkapnya.
Pengamatan awak media, sesakan pengunjung di depan pintu masuk sampai pelataran sekitar gedung, tampak tidak sebanding dengan pemandangan di dalam gedung Indogrosir yang terlihat lengang. Sesakan di depan pintu masuk dan pelataran sekitar gedung yang terkesan mengabaikan penerapan protokol kesehatan Covid-19 karena tidak lagi menjaga jarak, justru berpotensi menimbulkan klaster baru penularan Covid-19.
“Kami kesini bukan untuk berebut membeli minyak goreng yang saat ini sedang langka, tapi hendak berbelanja berbagai macam kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Apabila pihak manajemen merasa khawatir akan terjadi rebutan membeli minyak goreng, seharusnya untuk penjualan minyak goreng dibuatkan ruangan atau tempat tersendiri dan cocok jika diterapkan sistem nomor antrean,” papar seorang ibu yang terlihat kesal.
Tatkala keluhan-keluhan dan unek-unek sejumlah konsumen itu dikonfirmasikan ke petugas Indogrosir yang duduk di meja pengambilan nomor antrean, jawaban yang diberikan terkesan asal bunyi saja tanpa mau memberikan alasan mendasar dibalik pemberlakuan kebijakan yang dikeluhkan konsumen. “Mau masuk berbelanja, harus ambil nomor antrean terlebih dahulu dan kemudian menunggu giliran nomor antreannya dipanggil,” singkat petugas tersebut. (*)