Belum sempat beristirahat, Ibrahim mendengar suara seseorang yang mengerang kesakitan. Ibrahim segera bergegas ke tempat asal suara dan ia menemukan seorang kakek yang tubuhnya bengkak-bengkak bekas sengatan lebah. Ketika Ibrahim ingin membantu sang kakek untuk bangkit dari duduknya, tiba- tiba sang kakek bangkit sendiri dan berkata, “Apa kabar, ya Ibrahim.”
Mendengar namanya disapa oleh sang kakek yang belum pernah ditemuinya, Ibrahim terperanjat heran dan berkata, “Dari mana anda mengenal nama saya dan siapakah anda ini?”
Dengan angkuhnya sang kakek menjawab, “Saya tidak perlu bertemu anda, untuk mengenal siapa anda. Saya adalah orang yang dekat dengan Allah SWT.”
Merasa tersinggung, Ibrahim berkata, “Wahai kakek tua, betapa sombongnya dirimu, anda mengaku dekat dengan Allah SWT, namun badan mu bengkak- bangkak, akibat sengatan lebah. Jika anda mengaku dekat dengan Allah SWT, lalu kenapa anda tidak memohon kepada Allah SWT agar anda dilindungi dari sengatan lebah?”
Sang kakek menjawab, “Wahai Ibrahim, ternyata anda masih picik. Aku tahu, anda pun mengaku dekat dengan Allah SWT. Namun, ketika tanganmu terangkat ke atas untuk memetik buah delima, yang anda tidak tahu siapa pemiliknya dan tanpa memohon izin dari sang pemilik, kenapa anda tidak memohon agar anda dilindungi dari perbuatan curang tersebut?”
Kakek itu melanjutkan, Wahai Ibrahim, “Sakit yang kurasakan akibat sengatan lebah, hanyalah sakit badan kasar yang tidak lama lagi akan pulih kembali, diobati ataupun tidak. Tetapi penyakit yang anda derita yakni, masih tergiur dengan hawa nafsu, merupakan penyakit dalam, penyakit hati, yang akan terus mengeram dan menyebar menjadi benih-benih maksiat sepanjang hidup anda, jika anda tidak benar-benar memohon ampun kepada Allah SWT. Oleh karena itu, pulanglah anda ke negara dimana anda berasal, perbaiki diri anda sebelum anda memperbaiki dan menasihati orang lain. Berzikir dan beristigfarlah sebanyak mungkin kepada Allah SWT. Allah A’lam
Makassar, 28 Maret 2022