Ya, ketika seseorang merasa kehausan, lalu meminum air laut, saat itu kalaupun perutnya sudah kembung, namun ia tidak pernah merasa kenyang. Demikian harta, sebagaimana yang pernah digambarkan oleh Rasulullah SAW, “Ketika seseorang telah memiliki sebuah bukit emas, maka ia ingin yang kedua, ketiga dan sebagainya.”
Di sini seharusnya, kita mampu menahan dan mengontrol diri pribadi untuk tidak terjebak dalam hal tersebut. Saya teringat apa yang pernah disampaikan oleh almarhum ayah saya, Allahummagfir lahu.
Ketika almarhum ayah saya ditawari untuk membeli tanah oleh beberapa kerabat yang sering ke rumah, almarhum hanya menjawab, “Untuk apa saya beli tanah, kuburan nantinya paling segini (sambil membetangkan kedua tangan beliau). Apalagi anak-anak saya nantinya, mampu membeli rumah masing- masing.”
Bagi sebahagian orang, ini mungkin dianggap lelucon, namun tidak sebaliknya almarhum.
Dari dua pernyataan di atas, setidaknya mengajak kita kaum Mukmin yang sedang melaksanakan ibadah puasa untuk senantiasa mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman seseorang. Bukankah pengalaman merupakan guru terbaik dalam hidup ini?
Sesungguhnya ibadah puasa yang kita laksanakan, merupakan upaya untuk tidak terjatuh pada dominasi nafsu hedonis, kalau hal ini mampu kita lakukan, maka sesungguhnya kita tengah menumbuhkan dan memperkuat kualitas insani kita, dalam upaya meraih sukses hidup yang lebih baik kualitasnya.
Semoga kita mampu melakukannya, apalagi di saat banyak masyarakat yang hidupnya mungkin tidak lebih baik dibanding kita, di tengah melonjaknya berbagai kebutuhan pokok masyarakat, sementara pendapatan tidak mengalami peningkatan.
Ya Allah tuntun lah kami ke jalan yang Engkau Ridhoi, berilah kami pemimpin sebagaimana Umar ibn al-Aziz, yang takut akan ancaman hari pembalasan dan sangat takut kepada-Mu, agar kami mampu mewujudkan masyarakat adil, makmur yang Engkau Ridhoi. Allah A’ lam
Makassar, 09 April 2022