PEDOMANRAKYAT,SOPPENG.- Kompleks rumah adat Sao Mario biasa disebut Bola Seratue terletak di Batu Batu Desa Laringgi Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng terdapat Rumah Adat Bugis Sao Mario, rumah adat Makassar Balla Mario, rumah adat Mandar Boyang Mario dan rumah ada Toraja Tongkonan Mario serta rumah antik dari batang lontar Lontara Mario, dan pada Jumat pagi, 8 April 2022 rumah lontar Lontara Mario ludes dilalap api.
Informasi yang dihimpun menyebutkan kebakaran hebat di area rumah adat antik tersebut diduga dipicu oleh adanya rumput yang dibakar disekitar rumah Lontara Mario kemudian diterpa angin kecang sehingga serpihan api terbang dan jatuh pada atap rumah antik Lontara Mario yg atapnya yang rentan terbakar karena bahannya dari ijuk.
Kobaran api yang melalap rumah Lontara Mario ini terjadi sekitar pukul 09.00 Wita dan api baru bisa dipadamkan sekirar pukul 12.00 Wita dengan mengerahkan 4 unit mobil pemadam kebakaran 1 unit dari Kecamatan Marioriawa, 1 unit dari Kecamatan Donri-donri, dan 1 unit dari Kecamatan Lalabata Soppeng dan 1 unit dari Kabupaten Sidrap.
Salah seorang warga yang berada di lokasi kejadian menyebutkan bahwa rumah adat tersebut terbakar sekira pukul 09.00 Wita dan baru bisa dipadamkan pukul 12.00 Wita.
"Pada saat api mulai padam, bersamaan juga turun hujan," tutur Irwan Susanto Ramli, SE yang merupakan keluarga dari Sao Mario.
Rumah Lontara Mario tersebut dibangun oleh Prof. Dr. H. Andi Mustari Pide, SH tahun dan arsitek tunggal sepupunya sendiri Prof. Dr. Ir. H. Bakhrani A. Rauf, MT, IPU.
Rumah lontar Lontara Mario mulai dibangun pada tahun 1993 dan sekitar 3 tahun baru rampung pembangunannya, karena tiangnya menggunakan batang lontar bundar utuh yang sudahl tua, begitupun tangga juga dari batang lontar bundar, sedangkan dinding, lantai dan plafonnya menggunakan balok dan papan batang lontar terbaik, sementara semua atap bangunan menggunakan ijuk.
Pada saat didirikan tiang rumah lontar Lontara Mario tersebut ratusan orang datang membantu untuk mendirikan tiangnya, bahkan dibantu mobil alat berat karena menggunakan tiang bundar utuh pengganti tiang kuda-kuda yang tingginya sampai 9 meter yang langsung menopang balok bubungan.
"Sedih rasanya, karena bertahun tahun dibuat dengan segala upaya mendapatkan batang lontar yang tua dan ijuk untuk dijadikan bahan, tapi sekejap saja hilang.Tetapi kita kembalikan kepada penciptanya Allah SWT, " ungkap Prof. Dr. Ir. H. Bakhrani A. Rauf, MT, IPU kepada media ini, Sabtu, 9 April 2022
Rumah Adat Lontar Lontara Mario rencananya akan dijadikan museum, dan atapnya menggunakan atap ijuk karena orang tua kita dulu menulis sesuatu yang dianggap penting pada daun lontar menggunakan kalla (lidi ijuk), dan hanya satu-satunya rumah lontar di Indonesia, bahkan di dunia ini. (Wahyudin)