Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Setiap pasangan yang telah melakukan janji setia dalam membangun rumah tangga bersama tentu mengharapkan kehadiran anak sebagai pelengkap kebahagiaan sebuah keluarga.
Anak adalah anugerah terindah bagi pasangan yang telah menikah. Nabi Ibrahim AS merupakan salah seorang Nabi yang diberi keturunan oleh Allah SWT setelah memasuki usia senja.
Seorang anak merupakan amanah bagi setiap orang tua dalam melanjutkan generasi mendatang. Seperti apa wajah suatu bangsa di hari esok, semuanya ditentukan oleh cara orang tua dan kaum dewasa mendidik anak-anak mereka hari ini.
Setiap orang tua mendidik dan mengajari anak-anak mereka untuk menghadapi hari esok, yang tantangan dan problematikanya pasti berbeda dengan apa yang dihadapi hari ini. Umar ibn Khattab mengajak para orang tua untuk senantiasa mendidik anak-anak mereka dengan tantangan yang akan dihadapi oleh mereka pada masanya, sebab era kehidupan seorang anak jelas akan berbeda dengan kehidupan orang tua mereka hari ini.
Ketika orangtua mampu memberikan bekal yang baik dan mumpuni, maka seorang anak akan mampu mengembangkan potensinya dengan baik. Untuk meraih dan mencapai hal tersebut, setiap orang tua dianjurkan memiliki ilmu dan skill yang baik dalam mendidik anak-anak mereka.
Untuk melahirkan generasi emas harapan bangsa, penanaman nilai-nilai moral hendaknya sudah ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Moral dapat diartikan sebagai suatu tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, maupun kebiasaan sehari-hari.
Selain penanaman moral, pembentukan kepribadian dan mental anak sangat ditentukan oleh orang tua. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak-anak dalam membina mental dan kepribadian mereka. Pepatah Arab mrngingatkan, “Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak.”
Hal yang tidak kalah penting dalam kehidupan anak adalah pengenalan dan penanaman nilai-nilai keagamaan yang dilakukan sejak dini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal ini adalah dengan mengajak anak-anak ikut serta melaksanakan salat berjamaah atau melakukan pengajian di masjid.
Pada Bulan Ramadan, umumnya anak-anak sangat menikmati ketika diajak oleh orang tua mereka meramaikan berbuka puasa atau melakukan salat Isya dan tarawih berjamaah di masjid.
Kegembiraan dan keceriaan tersebut nampak ketika anak-anak berjumpa dengan teman sejawat mereka di masjid. Sesuai usia mereka, terkadang mereka tertawa gembira dengan suara tinggi, berkejaran ke sana kemari, atau ada cara lain yang mereka lakukan untuk mengungkapkan kegembiraan mereka.
Pada saat demikian, tidak jarang ada orang dewasa atau orang tua merasa terusik dengan kehadiran anak-anak di masjid. Tidak jarang, ada di antara orang tua yang membentak bahkan (naudzubillah), meminta anak-anak meninggalkan masjid.
Ketika anak-anak meninggalkan masjid, mungkin saja mereka bangga karena sudah tidak ada suara ribut atau yang mengusik mereka ketika shalat. Terapi satu hal yang harus direnungkan, jika saja anak-anak yang diminta untuk meninggalkan masjid kemudian muncul rasa benci mereka kepada masjid tempat mereka beribadah, lantas siapakah yang akan mengisi masjid yang telah dibangun dengan biaya yang begitu banyak di hari esok?
Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua, ketika anak-anak mereka melakukan tindakan yang dianggap mengunggu kekhusukan beribadah adalah, memberi pengertian dan pemahaman terus-menerus kepada mereka, tata cara dan etika ketika berada di masjid. Bukan meminta mereka meninggalkan apalagi meminta mereka untuk tidak hadir di masjid.
Hari ini, mungkin saja anak-anak kita berlarian di masjid, tapi yakinlah hari esok merekalah yang akan mengisi shaf-shaf di masjid dan insya Allah hati mereka akan senantiasa terikat dengan masjid tempat mereka tumbuh dan berkembang di usia belia mereka.
Anak-anak yang senantiasa hadir dan melaksanakan salat di masjid, menjadi harapan hari esok bangsa ini, apalagi ketika berada di lembaga pendidikan, mereka di didik dengan bekal yang menjadi kebutuhan mereka pada era di mana mereka tumbuh menjadi orang dewasa kelak. Allah A’lam. ***
PEDOMANRAKYAT, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) terus mematangkan konsep “Kurikulum Cinta” dan “Eco-Theology” sebagai upaya strategis dalam membangun...