Sejak dulu, JJ memang tertarik dengan laut. Dia beralih, laut menginspirasi dirinya. Laut itu penuh dengan misteri. Laut itu seperti apa ? Isinya seperti apa ? Sifatnya bagaimana ? Itu semua menjadi pertanyaannya dulu. Saat dia kuliah, belum ada ilmu kelautan (masih menempel pada Fakultas Peternakan dan perikanan menjadi salah satu jurusan). Dia pun memilih perikanan melalui jalur bebas tes.
“Saat itu meneliti sesuatu yang masih cukup sulit dan berskala besar. Itu kalau orang melihat foto-foto waktu penelitian S-1, mereka banyak mengira bahwa penelitian saya mengalahkan penelitian-penelitian S3. Mungkin berasal dari keluarga ekonomi yang lemah tetapi saya terbantu dengan penelitian. Saya merasa, penelitian selalu membawa kemaslahatan bagi umat manusia,” ungkapnya lagi masih menurut “Identitas”.
Usai S-1 muncul cita-citanya yang baru. Mau keluar negeri. Dia tidak mau berada di zona nyaman. JJ mau melanjutkan sekolah di tempat paling jauh melihat dunia lebih luas. Akhirnya dia memperoleh beasiswa ke Denmark dan Kanada. Tanpa pikir panjang, dia jatuh hati pada Kanada, yang tentu saja paling jauh dibandingkan Denmark di daratan Eropa.
Jika kemudian JJ dikenal sebagai seorang kutu penelitian, itu wajar-wajar saja. Dia masih teringat saat membuat rancangan penelitian yang ambisius. Ingin membuktikan secara empirik (dengan kombinasi laboratorium dan lapangan) untuk menjawab apa yang lebih berpengaruh terhadap degradasi terumbu karang pada kondisi tertentu, apakah nutrient atau herbivory ?
Perdebatan tersebut, kata JJ masih menurut “Identitas”, membuat para ahli terumbu karang dunia berbeda pandangan. Setelah kerja keras menjalankan uji nutrient siang-malam di atas kapal dan uji “herbivory exposure” di lapangan/penyelaman secara simultan, maka JJ menemukan jawaban terhadap perdebatan tersebut. Hal ini kemudian dimuat pada jurnal “Limnology and Oceangoraphy” yang berbasis di USA, mereka tidak hanya menerima untuk memublikasi temuan JJ, tapi juga memberi apresiasi khusus dengan termuan tersebut. Untuk menyelesaikan penelitian ambisius ini, JJ dibantu oleh banyak voluntir khususnya mahasiswa pasca-JCU (James Cook University) dan juga pendanaan besar dari Australian Institute of Marine Science (AIMS).
Terpilihnya JJ sebagai nakhoda Unhas merupakan kali pertama, universitas yang memiliki Pola Ilmiah Pokok (PIP) mengenai Kelautan ini dipimpin oleh seorang maha guru yang berdarah laut. Kini, sebagai fakultas yang lahir di Tamalanrea (1995), Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FKIP) kini pun dapat giliran menakhodai almamater. Sejak Prof. Dr. A. Hasan Walinono, Rektor Unhas berasal dari Fisipol, Prof. Dr. Ir. Fachrudin (Pertanian), Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA (Ekonomi), Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany (Pertanian), Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, SpB, SBO (Kedokteran), Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu MA (Fisipol),dan Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc (FIKP).
JABATAN :
Sekretaris Eksekutif Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) – KKP RI (funded by WB,ADB, & GEF) 2007-2011. Kepala Pusat Studi Terumbu Karang – UNHAS (2004-2011). Sekretaris Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UNHAS (1996-1997). Guru Besar Ekologi Laut Fak. Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS (1990- sekarang).
Anggota Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) 2021 – sekarang.
Dekan Fak. Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS 2013-2017. Penasihat Menteri KKP Bidang Ekologi Laut Kementerian KKP RI. Dekan Sekolah Pascasarjana – UNHAS 2018-2022. Kepala Puslitbang Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Unhas 2011-2013.
NASIONAL :
Dewan Pengarah Lembaga Sertifikasi Profesi Kelautan dan Perikanan (LSP-KP) (2021-2024). Dewan Penasihat Pengurus Pusat – Ikatan Sarjana Perikanan (ISPIKANI) | (2019-2023). Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) – Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (2016-2019). (MDA)