Dialog Ramadhan dan Buka Puasa Bersama ‘Membedah Karya Sastra Yudhistira Sukatanya’

Bagikan:

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

(foto : rk)

Menurut Anil Hukmah, ada beberapa tema-tema yang menarik dalam buku Nyanyian Sunyi, diantaranya tentang kehidupan sosial, sastra hijau (dia istilahkan) dan religius. Kenapa? Lanjut Anil, secara umum buku ini memuat 20 cerpen. Ketika dia membaca seluruh cerpen, dia berpendapat, memang buku ini di tulis kelihatan bahwa ditarik kemanapun, dia lancar menulis dengan tenang. Karena menyesuaikan tulisan itu kadang-kadang tidak sesuai apa yang kita duga.

“Seperti yang saya istilahkan sastra hijau terutama judul percakapan sunyi. Saya melihat penulis peka menangkap persoalan-persoalan sosial-politik masyarakat. Kemudian menyulap ke dalam cerpen sederhana tetapi menyimpan kesan sangat dalam. Contoh cerpen pertama percakapan sunyi, dialog antara pohon Ara dan Ratu Lebah. Dimana pohon ara berdiri di pinggir jalan yang sudah lama mengabdi untuk menghijaukan kota tetapi disitu ada kegalauan karena dia takut di tebang. Padahal yang lebih cemas adalah Ratu Lebah, dimana lagi saya bisa menghirup bunga-bunga kalau kamu (pohon ara) sudah tidak ada lagi berdiri kokoh,” tuturnya.

Dia mengira, ini modal dasar sebagai seorang penulis – kepekaan mengangkat fenomena-fenomena, apa nyata atau tidak nyata yang kemudian membingkai tema itu dengan pesan-pesan sufi yang sangat dalam.

Ulasan Anil lebih jauh tentang cerpen yang dia suka, Judul Bunga Trauma (halaman 53) yang berkaitan politik di Thailand (Tanjung Selatan) Patani – Negara bagian yang berpenduduk muslim. Memang disana, banyak ketidak-adilan sehingga penduduk banyak yang protes.

“Saya lihat, Yudhistira menangkap itu dari sebuah warga Negara dari Negara besar yang muslimnya minoritas. (Anil Hukmah banyak bercerita tentang pengalamannya ketika dia berada disana pada tahun 1999). Sebenarnya masih bisa dipertajam lagi tapi saya melihat dari berapa unsur yang membawa nilai implisit sebuah karya sastra – settingnya disini kuat,” terangnya.

Baca juga :  Kejuaraan Taekwondo Tamarunang Cup 2024, Kalfin Bakar Spirit Atletnya

Di akhir pemaparannya, Anil pun menyukai buku ini yang settingnya di Aceh. Judul Minum Kopi di Banda Aceh (halaman 29). Bagaimana kejadian tsunami yang secara manusiawi kita dibawa masuk lewat dialog-dialog tokoh dengan penggambaran sangat bagus. Bagaimana korban, perasaan, dan hancurnya serta bagaimana harapan kepada pemerintah.

Terdengar aplaus dari tetamu yang hadir setelah Anil Hukmah menjadi pembicara buku karangan Yudhistira Sukatanya, yang diperkuat ajakan sang moderator Ajiep Padindang untuk memberikan kenang-kenangan masing-masing Fahmi Syarif (teaterawan/penulis/mantan akademisi), Yudhistira Sukatanya (penulis buku Nyanyian Sunyi, Moch. Hasymi Ibrahim (pembicara 1) dan Anil Hukmah (pembicara 2). (*bersambung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

JPN Kejati Sulsel Menangkan Sengketa Pilkada di MK, Hanya Gugatan Pilkada Palopo yang Berlanjut

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Jaksa Pengacara Negara (JPN) pada Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kejati Sulsel) bersama sembilan Kejaksaan Negeri...

Kegagalan 145 Siswa SMAN 17 Makassar di SNBP 2025, Legislator Desak Investigasi Mendalam

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Sebanyak 145 siswa kelas XII SMAN 17 Makassar gagal mendaftar dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi...

Jadwal Siaran Langsung Bola Hari Ini 5, 6, 7 Februari 2025, Pertandingan Seru Malam Ini

PEDOMANRAKYAT - Malam ini, para penggemar sepak bola akan disuguhkan dengan berbagai pertandingan seru dari berbagai liga domestik...

Intip Harga Jersey Timnas Indonesia, Termurah 190 Ribuan Termahal Tembus Jutaan

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Timnas Indonesia akhirnya meluncurkan seragam baru yang akan digunakan pada laga tandang mereka melawan Australia...