Saat membawakan materi Ketua Pemuda Tani HKTI Sulsel, Rachmat Sasmita mengatakan, ketahanan pangan telah menjadi instrument nilai bagi kedaulatan negara.
“Mahasiswa sebagai generasi masa depan harus mengambil peran dalam menjaga kedaulatan pangan negara ini,” paparnya.
Kemudian, lanjutnya, sektor pangan telah menjadi isu global dan berperan sangat strategis dalam menjaga ketenangan dan ketertiban warga negara.
“Beberapa waktu lalu ibu-ibu terlihat harus antri panjang hanya untuk dapat satu kilo minyak goreng. Di sisi lain, kelangkaan minyak goreng menjadi ironi bagi negara yang dikenal sebagai penghasil dan pengekspor CPO dari kepala sawit, yang jadi salah satu bahan baku minyak goreng itu,” terangnya.
Demikian pula, kata dia, menjelang hari raya Idul Adha, merebak lagi isu penyebaran penyakit mulut dan kuku bagi ternak sapi yang jadi komoditas sangat dibutuhkan ummat Islam pada hari raya Idul Adha sebagai hewan kurban.
“Jadi persoalan pertanian bukan cuma bagaimana bahan pangan tercukupi, dengan menanam dan distribusi , tetapi yang perlu diperhatikan dan dicermati bersama adalah strategi ketahan pangan agar tidak sampai terjadi krisis pangan berkepanjang,” jelasnya.
Guna menghindari krisis pangan, kata Rachmat, maka keamanan pangan harus jadi prioritas dengan mengelola dengan baik pangan berkelanjutan dan memberi nilai tambah bagi hasil pertanian bagi para petani.
Salah satu alternatif yang perlu dilakukan para petani adalah dengan membangun sistem pertanian integrated farming.
Pengelolaan pangan dari hilir sampai ke hulu, sehingga menggabung berbagai sektor pertanian yang saling terintergrasi dan akan memberi nilai lebih bagi para petani.
“Para mahasiswa pertanian harus turun aksi memperkenalkan sistem pertanian terintegrasi agar ketahanan pangan bangsa ini terjamin. Dan tentu kita tidak akan dibayangi krisis pangan yang boleh jadi kalau tidak dipersiapkan lebih dini, Indonesia akan lenyap dari peta dunia dan namanya akan tinggal kenangan,” pungkasnya. (*)