Mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, konon pernah berkata, ”Kamu dapat menipu satu orang selama-lamanya; kamu juga dapat menipu orang satu saat; tapi kamu tidak akan dapat menipu orang selama-lamanya.”
Betapa ada saja seseorang yang selama hidupnya tertipu oleh orang lain, seperti misalnya pemerintah yang tidak adil; tapi dalam sejarah tidak ada suatu masyarakat atau bangsa yang selamanya tertipu oleh pihak lain, termasuk suatu pemerintahan.
Cepat atau lambat, masyarakat atau bangsa itu akan bangkit kesadarannya untuk meluruskan yang bengkok, secara atau dengan cara lain.
Ucapan Lincoln, akan menjadi sempurna jika ditambahkan, “Kamu tidak akan mampu menipu hati nuranimu sendiri, sebab hati nurani itu tunggal, dan selamanya hanya membisiki yang benar dan baik.”
Seorang pemimpin yang bijak, hendaknya tidak memiliki sifat munafik, yang tidak menyatunya kata dan perbuatan. Seorang pemimpin yang bersifat munafik, lambat laun akan kehilangan wibawa dan menjadi sasaran sinisme banyak orang.
Ketika sifat munafik tidak ditinggalkan oleh seorang pemimpin, bisa saja dia kehilangan kebahagiaan sendiri, juga akan kehilangan efektivitas kepemimpinan. Maka hal tersebut dapat merugikan dirinya sendiri, juga tatanan masyarakat yang di pimpinnya. Allah A’lam. ***
Makassar, 07 Juni 2022