Kerja sama budaya ini dibuktikan dalam banyak cara. Misalnya, kita dapatkan beberapa kamus biografi para dokter yang terkenal. Karya-karya ini, meskipun ditulis oleh orang Muslim, mencakup para dokter Muslim, Kristen, dan Yahudi tanpa perbedaan.
Dari kumpulan biografi besar tersebut bahkan dimungkinkan menyusun semacam proposografi dari profesi kedokteran–untuk melacak garis hidup beberapa beberapa ratus dokter praktek di dunia Islam.
Dari sumber-sumber ini, kita mendapatkan gambaran yang jelas tentang adanya usaha bersama. Di rumah- rumah sakit dan di tempat praktik pribadi, para dokter dari tiga agama tersebut bekerjasama sebagai asisten atau rekan kerja, saling membaca buku mereka, dan saling menerima yang lain sebagai murid.
Tidak ada yang menyerupai semacam pemisahan yang biasa didapati di dunia Kristen Barat pada masa ini atau di dunia Islam pada masa kemudian.”
Sebagian fakta sejarah yang dikemukakan itu masih bertahan hingga kini. Banyak orang menyatakan bahwa kebebasan beragama dan toleransi antar- penganut berbagai agama terjamin dalam masyarakat yang berpenduduk mayoritas Islam, dan tidak sebaliknya.
Dalam berita sehari-hari jarang sekali diketemukan berita tentang masalah golongan non-Muslim di tengah masyarakat Islam. Tetapi sebaliknya, selalu terdapat kesulitan pada kaum Muslim yang hidup di tengah mayoritas non-Muslim.
Fakta ini sangat sulit diingkari, sekalipun setiap gejala sosial-keagamaan juga dapat dijelaskan dari sudut pandang lain di luar sudut pandang keagamaan mereka. Allah A’lam. ***
Makassar, 08 Juni 2022