Oleh : H Hasaruddin,Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Alhamdulillah, tahun ini saudara-saudara kita sedunia mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji, setelah beberapa tahun tertunda. Jamaah haji merupakan tamu Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam QS (2: 197). Para tamu Allah SWT tersebut diundang dengan mengingatkan kepada mereka untuk membawa bekal. Takwa adalah bekal yang harus dibawa ketika ibadah haji ditunaikan.
Quraish Shihab menulis, “Jika bekal yang dibawa oleh seseorang dalam menunaikan ibadah haji (takwa) tidak cukup, bisa saja tamu bertanya-tanya, bahkan menertawakan tata cara "protokoler" yang diterapkan-Nya. Bagaimana tidak, tamu diminta mengelilingi Kakbah, mondar mandir antara Shafa dan Marwa, mencium Hajar Aswad, melontar jumroh dan aturan yang harus ditaati selama pelaksanaan ibadah haji.”
Sekali lagi bekal yang terbaik adalah takwa yang merupakan nama bagi simpul keagamaan yang mencakup antara lain pengetahuan, ketabahan, keikhlasan, kesadaran akan jati diri, serta persamaan manusia di hadapan Allah SWT.
Quraish Shihab melanjutkan, “Dengan bekal pengetahuan, sang tamu akan sadar bahwa apa yang dilihat dan dilakukannya merupakan simbol-simbol yang sarat makna. Apabila dihayati akan mengantarkannya masuk ke dalam lingkungan Ilahi. Tamu Allah SWT menyadari, misalnya, bahwa Kakbah yang mengarah ke segala penjuru tersebut melambangkan Allah SWT berada di segala arah. Dan ketika kesadaran tersebut muncul, tanpa segan, para tamu akan mencium--paling tidak--melambaikan tangan ke Hajar Aswad.”
Langkah pertama untuk memperoleh dan memelihara bekal itu adalah dengan meluruskan niat. Olehnya, segala rayuan harus disingkirkan, iming-iming tentang sesuatu yang berorientasi duniawi dihapus, lalu hadapkan wajah hanya kepada Allah SWT saja. Allah A'lam. ***
Makassar, 24 Juni 2022