PEDOMANRAKYAT, MASAMBA –
Kejadian stunting atau gagal tumbuh pada balita menjadi isu yang mengemuka saat ini. Sejumlah daerah mengalami permasalah terkait tingginya angka balita stunting. Pada Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2022, 29 Juni 2022, pencegahan stunting menjadi tema Harganas.
Kepala Puskesmas Baebunta Kabupaten Luwu Utara, Hairul Muslimin, SKM, di ruang kerjanya, Rabu (29/6/2022), mengatakan, peristiwa stunting menjadi fokus perhatian pemerintah untuk diatasi dan diturunkan angkanya pada tahun 2024.
“Target nasional angka stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen, sementara angka stunting di Kecamatan Baebunta saat ini 17,12 persen. Kita tentu harus menurunkan itu hingga sesuai target nasional. Perlu upaya bersama ya,” katanya.
Menurutnya, upaya penurunan kejadian stunting akan efektif jika dilakukan sejak dini, melibatkan seluruh elemen pemerintah dan masyarakat, dan mengedepankan upaya preventif/ pencegahan stunting.
Ia menyebut, keluarga memiliki peran yang sangat vital dalam pencegahan dan penanggulangan stunting pada balita.
“Keluarga balita perlu diberdayakan dalam pencegahan stunting. Tentu tidak ada keluarga yang menginginkan balitanya mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangannya kan?” kata Hairul.
Untuk itu, lanjut Hairul, keluarga perlu didorong untuk berdaya dalam penyediaan dan pemberian makanan bergizi kepada balita, berdaya dalam memberikan pola pengasuhan yang baik dan benar, berdaya dalam menciptakan sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat sehingga balita terhindar dari infeksi penyakit, berdaya dalam mengakses layanan kesehatan, serta berdaya dalam penyediaan jaminan kesehatan.
Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini mengemukakan, penyediaan dan pemberian makanan bergizi sesuai kebutuhan balita merupakan upaya yang mutlak dilakukan untuk memastikan bayi dan balita mendapatkan asupan gizi yang cukup.
“Jika bayi dan balita kekurangan asupan gizi, terutama karbohidrat, protein, dan zat gizi mikro lainnya, maka potensi kejadian stunting dan masalah gizi lainnya menjadi sulit dihindari,” urai Hairul.
Pemerintah telah mendistribusikan makanan tambahan untuk balita yang diberikan pada saat pelayanan di Posyandu, tapi itu sifatnya hanya stimulan. Keluarga perlu menyediakan juga di tingkat rumah tangga.
Sanitasi lingkungan, sambung Hairul, perlu menjadi perhatian keluarga. Balita yang terinfeksi penyakit dan berkembang menjadi penyakit kronis, berpotensi mengalami gagal tumbuh (stunting). Untuk itu, keluarga perlu memperhatikan kebersihan lingkungan, penyediaan air bersih, dan penggunaan jamban sehat sebagai upaya pencegahan kejadian infeksi penyakit.
“Balita mesti diupayakan tinggal di lingkungan yang bersih dan sehat, tersedia air bersih untuk kepentingan mandi dan minum, tidak ada pencemaran tinja dan bahan berbahaya di lingkungan sekitar, serta lingkungan yang segar untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Lingkungan yang layak anaklah,” katanya.
Dia mengapresiasi pemerintah desa yang telah mendukung terwujudnya Desa ODF di wilayah Kecamatan Baebunta, yakni desa yang bebas dari praktik buang air besar di sembarang tempat, serta berterima kasih atas dukungan Pemdes dalam pengadaan makanan tambahan (PMT) sehat bergizi di Posyandu.
Menurutnya, pemerintah telah berupaya secara bersinergi dalam pencegahan stunting, dan upaya ini tetap harus dilaksanakan secara berkelanjutan.
“Pencegahan stunting merupakan upaya long time, tetap bersinergi, tidak boleh stagnan, harus konsisten dan berkelanjutan.” jelasnya. (yus)