PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Guru Besar Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Unhas Prof. Dr. Tadjuddin Maknun, SU mengatakan, seorang guru harus memiliki sejumlah aspek dalam melaksanakan pembelajaran terhadap anak didiknya yakni, harus profesional, memiliki kemampuan psikologis, tidak boleh emosional, memiliki kemampuan sosialogis, dan juga antropologis.
“Dalam pembelajaran harus mengikuti proses, guru mempersiapkan materi pembelajaran, memilih metode dan model yang tepat, memanfaatkan media, baru tiba pada anak didik,” ujar Prof. Tadjuddin Maknun pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, Program Pengabdian Masyarakat dan Umum, Program Kemitraan Masyarakat (PPMU-PKM) Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Unhas bagi para guru SMA PGRI Sungguminasa Kabupaten Gowa, Sabtu (02/07/2022).
Kegiatan yang bertemakan “Pelatihan Penerapan Model Pembelajatan ‘Flipped Classroom’ dalam meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa bagi Guru-Guru SMA PGRI Sungguminasa Kabupaten Gowa” tersebut dibuka Kepala SMA PGRI Sungguminasa Dra. Hj. Isnawati Sallatu, M.Si yang didampingi Ketua Panitia Pengabdian pada Masyarakat LPPM Unhas Dr. Hj. Munira Hasyim, SS, M.Hum.
Prof. Tadjuddin Maknun lulusan Fakultas Sastra Unhas 1979 itu mengatakan, seorang guru harus profesional dalam melaksanakan tugasnya karena sudah menjadi pilihan dan profesinya. Seorang guru harus mampu memahami sisi psikologis anak didik, antara lain harus memahami watak dan perilakunya.
“Seorang guru tidak boleh emosional. Kalau dulu, guru menghukum murid secara fisik tidak apa-apa, sekarang akan berurusan dengan Komnas HAM dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),” ujar lulusan Magister UGM 1988 tersebut.
Maha Guru kelahiran Bategulung, Bontonompo, Gowa, 31 Desember 1954 itu mengatakan, seorang guru juga harus mampu memahami kondisi sosial anak didiknya, termasuk juga aspek antropologis anak didik.
“Saya dulu mengajar di SMA Yapip Sungguminasa Gowa, dan menampung siswa dari SMA Nasional,” ujar doktor lulusan Unhas tahun 2005 tersebut.