Dalam pembinaan AIK, lanjut Agung Danarto, perlu dirumuskan penguatan nilai-nilai substansial dari ajaran agama, termasuk mahasiswa harus dapat bergaul dengan masyarakat agar PTMA di seluruh Indonesia bisa menjadi tulang punggung bagi gerakan persyarikatan.
Agung Danarto juga meminta kepada pimpinan PTMA seluruh Indonesia agar dosen AIK perlu diikutkan kegiatan diklat dan mengajarkannya ke mahasiswa.
“Untuk pembelajaran AIK, mahasiswa harus menjadi subjek perubahan. Jika mata kuliah AIK terlalu banyak doktrinnya, maka akan sulit membawa kemajuan. Perlu diramu mata kuliah yang dapat membentuk insan yang bertauhid, berkarakter, tapi berpaham yang luas dan tidak sempit,” ujar Agung.
Jika ada paham yang berbeda di Muhammadiyah, kata Agung, kita tidak boleh mengklaim sesat, tapi menjelaskannya secara substansial, bukan menyebut sesat secara vulgar.
Harapan Majelis Diktilitbang
Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Prof. Lincolin Arsyad, menganjurkan seluruh PTMA dapat mengajarkan AIK dengan menggunakan metode yang seragam, kecuali pada daerah yang kampusnya non-muslim perlu penyesuaian.
“Dalam pengajaran AIK, yang dipikirkan tentu model seperti apa yang tepat untuk mereka. Jangan sampa AIK tidak sesuai dengan kehidupan kita di Indonesia,” ujar Lincolin.
Tim AIK, katanya, diharapkan dapat mengevaluasi modul yang ada. Banyak tim AIK hanya diambil dari tokoh Muhammadiyah tapi tidak mengacu dengan buku yang disiapkan.
“Pendidikan AIK di PTMA harus disesuaikan dengan perkembangan zaman, karena AIK merupakan keunikan sekaligus menjadi keunggulan Muhammadiyah dibandingkan dengan perguruan tinggi umum,” kata Lincolin. (win)