Selain itu, lanjutnya, internal soliditasnya dijaga, bagaimana hubungan internal antara ketua DPD Provinsi dengan para pengurus DPD provinsi dan dengan pengurus DPD Kabupaten/Kota.
“Jadi dia harus mengesampingkan ego dirinya, karena dia tidak sebagai dirinya tapi atas nama ketua DPD,” sebutnya.
Kelebihannya harus ditunjukkan dengan merangkul semua elemen-elemen, tokoh-tokoh sehingga menambah simpati dan empati kepada calon kalau dia mau mencalonkan tidak bisa.
“Sekecil apapun tentu akan menyempurnakan kemenangan suara,” sambung Prof. Siti Zuhro.
Untuk itu, dia berharap, DPP Partai Golkar harus ada yang mengawal, yakni dari utusan DPP. Apapun bunyinya harus memfasilitasi tidak boleh seolah-olah tidak ada apa-apa.
“Istilahnya Partai Golkar Sulsel sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu harus diperhatikan, difasilitasi dicarikan solusinya, langkah-langkah strategisnya dengan semuanya diperhitungkan, duduk bareng untuk win-win solution,” tambah Siti Zuhro.
Dalam politik itu, katanya lagi, memang perlu d opsi-opsi mencari win-win solution. Tidak boleh ada yang merasa absolute. Politik itu senu, bukan matematika.
“Kekurangan kita biasanya lebih menonjolkan ego. Jadi lupa kalau ini organisasi politik. Dalam organisasi itu perlu kebersamaan, karena kalau tidak begitu tidak akan maju nanti organisasinya karena tersekat-sekat untuk kepentingan kelompoknya saja,” paparnya.
Menurutnya, dengan membuat sekat-sekat seperti itu tidak sehat secara politik. Jadi demokrasi kita perlukan karena duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Jadi hak otonomi orang banyak itu harus dihormati.
Ada faktor-faktor individual itu wajar, jangankan organisasi politik bahkan organisasi keagamaan pun terjadi saling menafikan, saling meniadakan. Untuk besar itu harus mengecilkan yang lain, bahkan untuk besar berbuat keji dengan memusnahkan yang lain. “Itu namanya politik tidak beradab, politik kejam. Politik itu harus santun, ada tata kramanya, apalagi kita punya 4 konsensus dasar,” terangnya.
Maka, imbuhnya, jangan terus menerus memamerkan kegaduhan, silang pendapat ataupun konflik. Soalnya masyarakat tidak hanya bingung, tapi juga pasti nanti punya impresi yang negatif. Jangan disuguhkan kegaduhan seperti itu, kepada masyarakat kalau tidak mau kehilangan suara.
“Tentu Golkar ini dihuni oleh orang-orang yang sangat mumpuni, politisi-politisi yang dianggap sudah punya wisdom, punya kebajikan, punya nilai-nilai dsb. Itu yang harusnya diekspresikan sehingga publik itu makin menaruh trust kepada Golkar,” pungkas Prof. Siti Zuhro. (*)