Umat Buddha Peringati Hari Suci Asadha 2566 TB / 2022 M

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh : Miguel Dharmadjie, ST, CPS®, CCDd®, CPM (Penyuluh Agama Buddha Non PNS Provinsi Sulsel)

HARI Suci Asadha 2566 TB / 2022 M jatuh pada tanggal 13 Juli 2022 dan diperingati umat Buddha dunia secara khidmat. Hal ini dirasakan pula dalam Puja Bakti Asadha yang berlangsung di Ruang Dhammasala, Klenteng Kwan Kong (Rumah Ibadah Satya Dharma), Makassar pada Minggu (17/07/2022) siang. Sebagai panitia pelaksana adalah, Keluarga Buddhis Brahmavihara (KBBV) Makassar.

Asadha, salah satu dari empat hari suci agama Buddha, diperingati dua bulan setelah Waisak. Asadha memperingati tiga peristiwa penting : Khotbah pertama Sang Buddha kepada lima orang bhikkhu di Taman Rusa Isipatana, terbentuknya Sangha (Persamuan para Bhikkhu) yang pertama, dan lengkapnya Tiratana (Tiga Permata : Buddha, Dhamma dan Sangha).

Puja Bakti Asadha secara sederhana dan terbatas ini dihadiri YM. Bhikkhu Upasanto dari Sangha Theravada Indonesia, dan diikuti tiga puluh umat Buddha beragam usia secara khusuk.

Bhikkhu Upasanto dalam Hikmah Asadha 2566 TB. mengatakan, pada peristiwa Asadha, Sang Buddha membeberkan khotbah Pemutaran Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana Sutta) yang berisi Empat Kebenaran Mulia. Yaitu : Tentang Dukkha, Asal Mula Dukkha, Akhir Dukkha dan Jalan Mengakhiri Dukkha. Empat Kebenaran Mulia menjadi ajaran yang pertama dari Sang Buddha, yang merupakan inti ajaran Buddha.

Dukkha adalah ketidakpuasan yang disebabkan oleh nafsu keinginan (tanha) yang bersumber dari ketidaktahuan (avijja) dan kebodohan batin (moha). Selama seseorang belum mampu melihat dan memahami dukkha di dalam dirinya masing-masing dengan mata batin, maka proses perubahan akan terus terjadi dan kondisi tidak memuaskan akan terus dialami.

Jika ingin terbebas dari dukkha, maka seseorang harus menjalankan Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai jalan mengakhiri dukkha yang terdiri dari : pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar dan konsentrasi benar.

Baca juga :  OPD Makassar Dukung Penuh Lorong Wisata

Empat Kebenaran Mulia bukanlah ajaran yang pesimis, sebaliknya ajaran yang realistis dan optimis dalam memandang kehidupan ini. Dengan adanya Jalan Mulia Berunsur Delapan menjadi solusi bagi kita untuk dapat memahami dan mengakhiri dukkha dalam hidup ini.

"Untuk itu, umat Buddha hendaknya memiliki kesempatan untuk senantiasa belajar dan mempraktikkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga memperoleh hasil dan manfaat dari belajar dan mempraktikkan Dhamma tersebut. Karena jika hanya mengandalkan kebajikan dari masa lalu sangatlah riskan. Sehingga kita sudah sepatutnya melakukan kebajikan secara berkesinambungan sehingga tidak dikatakan "kita makan nasi sisa" (hanya panen kebajikan dari masa lalu), "pesan Bhikkhu yang tahun ini bervassa di Vihara Sasanadipa mengakhiri Hikmah Asadha. (mi_dhata)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Delapan Pengurus Cabang INTI Dilantik, Peter Gozal: Jadilah Pemimpin yang Melayani dengan Integritas dan Kerja Nyata

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Ketua Pengurus Daerah INTI Sulsel, Peter Gozal, melantik delapan Pengurus Cabang INTI kota dan kabupaten...

Walikota Sabang dan Batam Terima Kasih kepada Mentan Amran

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA — Wali Kota Sabang Zulkifli H. Adam dan Wali Kota Batam Amsakar Achmad menyampaikan apresiasi dan...

PTUN Medan Tolak Gugatan Eks Kades Paluh Kurau Terhadap Bupati Deli Serdang

PEDOMANRAKYAT, DELI SERDANG - Polemik gugatan Muhammad Yusuf Batubara, eks Kepala Desa (Kades) Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak...

Impor Beras Ilegal 250 Ton di Sabang, Kemendag Pastikan Tak Ada Izin

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Menteri Perdagangan Budi Santoso menanggapi temuan impor beras ilegal 250 ton di Sabang, Aceh. “Kemarin, sudah...