Musyawarah

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Para pendiri negeri ini, telah meletakkan asas-asas kenegaraan yang salah satunya memuat prinsip musyawarah sebagai salah satu asas kemasyarakatan yang sangat penting, sehingga salah satu surat dalam Alquran, yakni Surat ke 42, disebut surat Syura (Musyawarah).

Sesungguhnya, prinsip musyawarah tidaklah berdiri sendiri. Dia terkait dengan berbagai prinsip yang lain tidak bisa dipisahkan. Antara lain, musyawarah itu terkait erat dengan konsep Alquran yang dikukuhkan oleh beberapa hadis bahwa manusia adalah makhluk fitrah yang suci dan bersih.

Karena kesuciannya asal, maka manusia adalah mahluk yang hanif, yakni, selalu merindukan bulan dan secara alami memihak kepada yang benar dan baik. Itulah sebabnya, manusia akan tenteram pada kebenaran dan kebaikan, dan akan menjadi gelisah dengan kepalsuan dan kejahatan.

Sebagai makhluk yang fitri dan hanif, maka manusia senantiasa memiliki potensi untuk benar dan baik. Justru kebenaran dan kebaikan itulah potensi original manusia yang dibawa sejak lahir.

Inilah yang menjadi dasar hak seseorang untuk didengar pendapatnya. Kemudian hak itu terefleksikan dalam adanya kewajiban orang lain untuk mendengar.

Didengar dan mendengar adalah dasar mekanisme musyawarah dan perkataan Arab musyawarah memang mengandung makna mutualitty, yakni, hubungan timbal balik, dalam hal ini hubungan saling memberi isyarat tentang apa yang benar dan baik.

Sepintas lalu, sepertinya ada suatu kontradiksi; jika masing-masing individu ini bersifat fitri dan hanif, lalu mengapa seseorang tidak cukup dengan dirinya sendiri? Mengapa masih perlu dan wajib, mendengar orang lain?

Jawabnya ialah, karena walaupun manusia bersifat fitri dan hanif, namun manusia juga memiliki kelemahan dan keterbatasan. Ini membuat manusia tidak mungkin pasti dan selamanya baik dan benar. Hanya saja, manusia memiliki potensi untuk baik dan benar.

Baca juga :  Gubernur Sulsel Tutup Porprov Sulsel XVII 2022, Kontingen Kabupaten Sinjai Peroleh 138 Medali

Maka untuk membuat potensi baik dan benar itu menjadi aktual baik dan benar, seseorang dianjurkan untuk tidak mengandalkan kemampuan diri sendiri saja. Jika seseorang menganggap dirinya yang paling benar, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai sifat tak tahu diri dan sombong.

Seseorang harus menyertai orang lain dalam mencari kebenaran, dan itulah musyawarah. Musyawarah sangat dibutuhkan dalam membincang dan menyelesaikan kebutuhan orang banyak.

Satu kata bijak yang amat populer, “Pangkal kebijaksanaan adalah musyawarah.’ Ungkapan inilah yang menjadi landasan dalam sila ke empat dari Pancasila. Allah A'lam. ***

Makassar, 29 Juli 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Program Tebar Kebaikan, Polres Kolaka Bantu 13 Korban Kebakaran Rumah

PEDOMANRAKYAT, KOLAKA - Bentuk peduli terhadap korban kebakaran rumah yang terjadi di Jl. Sunu Kelurahan Dawi-dawi, Kecamatan Pomalaa,...

Kapus MLTL Dr.Sastri Sunarti, M.Hum : Di Naskah Terkadang Tak Terungkap Dalam Sejarah

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kepala Pusat Riset (Kapus) Manuskrip Literatur dan Tradisi Lisan (MLTL) Badan Riset dan Inovasi Nasional...

Kejari Sinjai Akan Gairahkan Olahraga Basket di Sinjai

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Kejaksaan Negeri (Kejari) Sinjai akan menggelar turnamen olahraga Bola Basket yang bertajuk "Kajari Sinjai Cup...

Dalam Rangka Jajaki Kerja Sama di Sektor Komoditas Hortikultura, Pemprov Kaltara dan Pemkot Tarakan Akan Berkunjung ke Enrekang

PEDOMANRAKYAT, ENREKANG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan berencana mengadakan kunjungan kerja...