PEDOMANRAKYAT, PANGKEP – Tim Program Penerapan IPTEK Pengembangan Kewilayahan (PIPK) dari Politeknik Pertanian Negeri Pangkep (PPNP) atau Politani Pangkep melakukan Pelatihan Penerapan Teknologi Pemetaan dalam Penentuan Lokasi Penangkapan atau Fishing Ground, Jumat (12/8/2022).
Kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut dihadiri sekurangnya 20-an nelayan di lokasi akuarium milik kelompok Penangkap Ikan Hias (Kelompish) Pangkep di Pulau Balang Lompo, Desa Mattiro Sompe, Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kabupaten Pangkep.
Bimbingan Teknis (Bimtek) tersebut . merupakan kelanjutan dari kegiatan sosialisasi Program PIPK Penerapan Teknologi Pemetaan dalam Penentuan Lokasi Penangkapan atau Fishing Ground yang telah dilakukan di Pulau Balang Lompo pada Minggu, 25 Juli 2022 lalu.
Tim PIPK Politani Pangkep diketuai Dr. Mauli Kasmi, SPi, MSi, (Politani), anggota tim Dr. Budiman, SE, MSi, (Politani), Syamsul Marlin Amir, ST, MSi, (Politani), Andryanto SKom, MKom, (Unitama), Arif Fuddin Usman, ST, MSi, (Politeknik Maritim AMI Makassar).
Tema PIPK Politani Pangkep Tahun 2022 yang ditawarkan ke nelayan warga Pulau Balang Lompo yakni Peningkatan Income Berbasis Sistem Informasi Ikan Hias di Perairan Kabupaten Pangkep.
Mauli Kasmi mengatakan, kegiatan pelatihan teknologi pemetaan ini sangat dibutuhkan para nelayan yang tergabung dalam kelompok penangkap ikan hias di Pulau Balang Lompo.
“Untuk itu, kami lakukan pelatihan dalam penerapan GPS. Dan dalam anggota tim PIPK ini ada praktisi yang mengajarkan kepada para nelayan,” ujar Mauli.
Tak hanya itu, Mauli menambahkan, ada sejumlah permasalahan lain yang dialami nelayan yang tergabung dalam Kelompish. Yakni dalam metode penangkapan ikan hias di laut, masih dilakukan dengan cara yang kurang ramah lingkungan.
“Jadi kami juga telah melakukan sosialisasi program PIPK 2022 ini dengan memberikan materi dan pelatihan terkait metode penangkapan ikan hias yang ramah lingkungan,” lanjutnya.
Hadir pula memberikan materi dalam kegiatan ini Kepala Seksi Pemanfaatan dan Perlindungan (P2) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Sulawesi Selatan, Ir. Edy Santoso.
Eddy menegaskan, ikan hias dan karang hias adalah bagian dari satwa liar yang diatur dalam pemanfaatan serta perlindungannya. Karena itu, sangat penting hal itu diketahui nelayan, dalam hal ini Kelompish.
“Jadi ada daerah-daerah yang dilarang melakukan penangkapan. Selain tentunya adalah ada jenis-jenis ikan yang tidak boleh ditangkap. Dengan sosialisasi dan pelatihan, para nelayan bisa mengetahui aturan yang berlaku,” ujar Edy.
Sementara itu, Budiman menambahkan, terkait sistem manajemen juga harus dimiliki para nelayan. Hal itu terkait dengan kegiatan pascapenangkapan hingga pemasarannya. Semua harus dilakukan dengan penanganan dan manajemen.
“Nelayan harus menerapkan sistem manajemen yang bagus agar ikan hias yang aan dijual juga memiliki nilai yang bagus. Tidak sekedar disimpan di akuarium sementara, tapi lebih dari itu. Perlu manajemen penanganan saat ditransportasikan,” kata Budiman.
Bantuan Alat GPS
Anggota tim PIPK lainnya, Arif Fuddin Usman dalam materi pelatihan mengatakan, selama ini nelayan masih kesulitan menentukan posisi daerah penangkapan (fishing ground) yang tepat sasaran. Bahkan, nelayan asal menangkap saja. Sehingga para nelayan dari Kelompish ini membutuhkan waktu lama. Apalagi lokasi daerah tangkapan yang selalu berubah-ubah.
“Untuk itu, dalam pelatihan ini, kita latih cara pemakaian GPS dalam penentuan posisi daerah penangkapan sesuai titik koordinat yang diizinkan. Sebab, ada daerah-daerah yang dilarang melakukan pemanfaatan karena wilayah konservasi, dalam hal ini menangkap ikan hias,” ujar Arif.
Pada kesempatan tersebut, tim PIPK Pemanfaatan Ikan Hias Politani Pangkep juga menjanjikan akan memberikan bantuan alat Global Positioning System (GPS) kepada Kelompish. Agar lebih memudahkan serta efisiensi dalam melakukan penangkapan.
“Kami dari Tim PIPK Politani Pangkep khusus program ini, nanti akan memberikan bantuan alat GPS untuk bapak-bapak nelayan di sini. Mungkin tidak semua dapat, tapi nanti diberikan ke Kelompish dan nanti akan disetting untuk titik koordinat GPS daerah tangkapan atau fishing ground,” jelasnya.
Tim PIPK Ikan Hias ini masih akan turun lagi bertemu nelayan. Apalagi program penerapan Iptek ini bakal berlangsung selama tiga tahun dengan menggunakan dana hibah dari Direktorat Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Ristek (Kemdibud Ristek).
Ketua Kelompish M Rais mewakili kelompok nelayan penangkap ikan hias berterima kasih dengan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tim PIPK Politani Pangkep.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kami. Seperti dijelaskan Pak Mauli tentang cara penangkapan dengan metode ramah lingkungan ini. Sebab selama ini, ada beberapa nelayan yang memakai cara dilarang,” ujarnya.
“Kemudian pemakaian GPS juga pasti akan memudahkan nelayan. Sebab, nelayan tidak lagi mencari-mencari di mana lokasi penangkapan atau fishing ground. Sebab sudah disetel titik koordinat yang tidak melanggar,” tambahnya.
Latar belakang Program Penerapan Iptek Pengembangan Kewilayahan ikan hias ini tak lain, perairan Kabupaten Pangkep memiliki hamparan terumbu karang dengan potensi luar biasa.
Peningkatan Income Warga
Program PIPK juga mendorong nelayan tak lagi fokus sebagai nelayan tangkap ikan konsumsi semata. Tapi juga melatih nelayan untuk membidik potensi pemanfaatan ikan hias laut dan karang hias. Tentunya sesuai dengan peraturan yang diterapkan pemerintah.
Sejauh ini di Pulau Balang Lompo yang melakukan usaha ikan hias sekitar 5 tahun terakhir dilakukan oleh Kelompish dan hasil panen dijual ke UKM Pisces Aquarium sebagai pemodal.
Selama ini kerjasama bisnis ini telah terjalin dengan baik namum sampai saat ini UKM Kelompish Pangkep belum bisa produksi ikan hias yang memenuhi pasar ekspor arena terkendala karena belum memenuhi standar ekspor.
Program Penerapan IPTEK Pengembangan Kewilayahan (PIPK) direncanakan selama tiga tahun. Permasalahan yang diidentifikasi oleh tim adalah sebagai berikut; (1) Produk ikan hias hasil tangkapan yang dipasarkan belum memenuhi kualitas pasar ekspor.
Masalah (2) Kesulitan menentukan posisi daerah penangkapan (fishing ground) yang tepat sasaran sehingga membutuhkan waktu lama (Lokasi yang selalu berubah-ubah), (3) Sistem Cara Karantina Ikan Hias yang Baik dan dokumen belum mampu dipenuhi secara keseluruhan.
Permasalahan berikutnya, (4) Kesulitan Sistem Informasi pemasaran Ikan hias dan belum tersedianya media SIM Pemasaran untuk pemasarannya dan (5) perbaikan sistem manajemen.
Solusi yang ditawarkan pada kegiatan Program PIPK selama tiga tahun adalah (1) Menggunakan desain khusus gillnet dengan alat bantu mengusir ikan hias injel saat di dalam kubangan terumbu karang dan menggunakan konsentrasi minyak cengkeh sebagai pengganti sianida.
Lalu (2) Pengumpulan data sistem Informasi dan data titik kordinat Stock Asesment Hasil Tangkapan dan Pembuatan spot fishing ground (zonasi) jenis ikan hias karang tertentu berdasarkan data dari GPS (LogBook Setiap Nelayan wajib Pegang dan diisi: Jumlah hasil Tangkapan; Nama Lokasi, Titik Kordinat).
Berikutnya (3) Sistem CKIB : Perbaikan kualitas parameter pendukung: Mengukur kualitas air (temperature, O2 terlarut, PH, Salinitas), Mengamati secara morfologi produk sebelum dipacking,
Selanjutnya (4) Konsep Sofware berbasis digital marketing (Harga, spesifikasi, stock, gambar product, Tracher ability/dilengkapi dengan peta) atau terbentuk Zonasi, dan
Poin (5) Sistem manajemen usaha ikan hias yang telah dikembangkan oleh Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang lebih efisien dan hasil produk ikan hias yang bestandar ekspor yang akan diterapkan pada kepada ke dua UKM, serta perbaikan sistem manajemen UKM.
Sedangkan target luarannya sebagai berikut: Hasil tangkapan ikan hias sesuai kualitas ekspor, dokumen sudah sesuai yang diharapkan oeh instansi terkait, SDM UKM memiliki skill dalam pemilihan dan penanganan yang standar.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama mitra dengan tugas dan wewenang masing-masing serta melibatkan mahasiswa yang akan melaksanakan tugas akhir dan setiap mitra ikut dalam menanggung biaya program. (Arif Fuddin Usman)