Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Selaku makhluk sosial, manusia senantiasa dituntut untuk bertanggungjawab kepada sesama umat manusia, dan terlebih lagi kepada penciptanya, Allah SWT. Tarik Ramadan mengemukakan, “Untuk membangun sebuah masyarakat membutuhkan seseorang yang memiliki spesifikasi konsep individual yang membentuk masyarakat.”
Islam, bahkan seluruh agama di dunia sangat menekankan tiga prinsip dasar, kebenaran dan transparansi, moral dan prioritas nilai, serta imperatif penghargaan terhadap orang dan norma keseimbangan.
Setiap individu berupaya untuk tetap hidup, mencari nafkah, dan memperhatikan aspek kemanusiaannya; senantiasa berupaya menambah ilmu pengetahuan agar dapat menemukan kebenaran; menguatkan nilai yang dianutnya untuk mendapatkan kebaikan, mendengar dan berpartisipasi agar memiliki rasa hormat yang lebih baik.
Allah SWT dan Rasulullah SAW senantiasa mengajak kita senantiasa meningkatkan potensi diri, sembari menghormati dan menghargai orang lain. Sebuah masyarakat, tidak mungkin dapat terbangun dengan baik, tanpa dimulai dari individu yang memiliki rasa tanggungjawab untuk memperbaiki sesamanya. QS 13: 11.
Perubahan dari individu yang mementingkan diri sendiri menjadi pluralisme individu-individu hanya dapat terwujud mana kala memperhatikan hal tersebut. Dimensi sosial memiliki makna jika lahir dari kesadaran manusia. Seseorang yang beriman, harus memperhatikan secara seimbang antara kepentingan akhirat dengan kepentingan duniawi QS 28: 77.
Ayat di atas menegaskan, agar masyarakat mengingatkan tiap individu yang ada di dalamnya untuk tidak mengabaikan kebahagiaannya di dunia ini. Masyarakat harus dilihat dalam pengertian fungsinya bagi individu dan mendorong agar setiap individu dapat menikmati kehidupannya sebagai manusia.
Dengan kata lain, masyarakat seharusnya memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk memilih dan memahami keadaan dengan cukup baik. Oleh karena itu, ini merupakan persoalan yang tidak boleh salah dalam menilai isinya.
Memilih menjadi bodoh dan buta huruf bukanlah suatu pilihan, mencuri yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan bukanlah mencuri yang baik, dan memberi penghargaan karena keterpaksaan bukanlah penghargaan yang sebenarnya. Allah A'lam. ***
Makassar, 8 September 2022